KB Tekan Angka Kematian Ibu [npr]

KB Tekan Angka Kematian Ibu

PinkKorset.com, Jakarta – Angka kematian ibu di Indonesia tinggi akibat kehamilan tidak terkendali. KB berkaitan erat dengan masalah ini.

Angka kematian ibu (AKI) saat hamil, melahirkan dan masa nifas pada 2017 berkisar 259-305 per 100.000 kelahiran. Angka ini masih jauh dari target 102 per 100.000 kelahiran. Perilaku reproduksi menjadi penyumbang AKI, seperti hamil terlalu banyak, terlalu rapat, terlalu muda dan terlalu tua.

Survei Demografi dan Kependudukan (2012) menunjukkan 32,5% AKI terjadi akibat melahirkan terlalu muda tua dan terlalu muda dan 34% akibat kehamilan karena terlalu banyak (lebih dari 3 anak).

Guru Besar Obstetri dan Ginekologi FKUI/RSCM, Prof. Dr Biran Affandi SpOG(K), membenarkan hal tersebut. Diperlukan strategi mengubah perilaku reproduksi untuk menekan AKI dengan perencanaan kehamilan atau Keluarga Berencana (KB).

“Jika KB gagal maka AKI tidak akan turun,” ucapnya dalam acara Forum Ngobras bertema Turunkan AKI, Dorong Penggunaan Kontrasepsi Jangka Panjang di Jakarta, Jumat (15/12/2017).

Sayangnya beberapa hal masih menghambat penurunan AKI. Misalnya saja cakupan KB nasional masih 60% dan banyaknya remaja putri melakukan hubungan seksual sehingga berisiko tinggi terjadi kehamilan usia muda. Padahal kehamilan terbaik pada rentang umur 20-35 tahun. Sementara persalinan anak pertama serta kedua dengan jeda kehamilan minimal dua tahun paling rendah risiko AKI.

Untuk mengendalikan kehamilan berbagai KB modern tersedia, meliputi pil, suntik, susuk (implan), kondom dan sterilisasi. Metode kontrasepsi jangka panjang (IUD, implan, steriliasi vasektomi dan tubektomi) paling efektif menekan terjadinya kehamilan. Namun, implementasi metode KB tersebut kalah jauh dengan suntik.

Direktur Bina Kepersetaan KB Jalur Swasta BKKBN, drg. Widwiono, MKes menjelaskan, BKKBN terus mendorong penggunaan MKJP namun di tahun 2012 baru tercapai 17%, dan tahun 2017 naik menjadi 21%.

“Tapi penggunaan KB suntik semakin tinggi. Kebanyakan diberikan bidan swasta dan bahkan hanya sekali sebulan,” sambungnya.

BKKBN berupaya menurunkan KB suntik dan mendorong penggunaan IUD, implan dan sterilisasi bekerjasama dengan Ikatan Bidan Indonesia (IBI) dan provider yang melayani KB. Terdapat 48.000 bidan dan 11.000 dokter umum dilatih cara insersi IUD dan implan.

Saat ini capaian akseptor KB atau CPR (Contraceptive Participant Rate) 57,9% dengan alat dan 65% tanpa alat. Targetnya 5 tahun ke depan 63,5% dengan alat dan Total Fertility Rate (TFR) adalah 2,3%.

Akseptor KB juga meliputi pasangan usia subur setelah melahirkan dan keguguran. Data menunjukkan peserta KB setelah bersalin hanya 20%. Sedangkan jumlah keguguran 6 juta per tahun. Kedua kelompok ini subur kembali bila tidak diberikan KB.