Bahaya! Pola Makan tak Konsisten

PinkKorset.com, Tangerang – Pola konsumsi yang tidak konsisten, ternyata berbahaya.

Saat menghadiri resepsi pernikahan, arisan, dalam momen puasa dan hari raya, Anda harus mewaspadai terjadinya naive subject.

Naive subject adalah pola konsumsi tidak konsisten yang menyebabkan asupan makanan dan minuman melebihi batas rata-rata kalori harian.

Seperti diketahui, kebutuhan rata-rata orang dewasa per hari, yakni 2.000 kkal, yang terbagi menjadi tiga frekuensi konsumsi (pagi, siang dan malam).

Dengan kalori berlebih, maka berat badan meningkat melampaui angka normal dan memicu beragam penyakit tidak menular atau non communicable disease (NCD). Sebut saja obesitas, penyakit seperti aterosklerosis, stroke, diabetes melitus, jantung koroner dan gagal jantung.

Penyakit tidak menular, yang beberapa kasusnya mulai merambah ke generasi yang lebih muda, juga menyebabkan kematian lebih awal pada masyarakat atau non communicable disease causes early death (NCDCED).

Melakukan diet secara tidak terkendali ternyata juga dapat memicu naive subject. Pasalnya, setiap penurunan berat badan 1 kg, seseorang akan cenderung makan lebih banyak 100 kalori per hari. Hal ini berdasarkan temuan National Institutes of Health yang melakukan riset terhadap 150 responden dewasa.

Temuan itu diperkuat pandangan secara psikologis, yakni ketika ‘kehilangan’ makanan favorit, seseorang tanpa disadari cenderung menginginkannya lebih dari sebelum memulai diet. Misalnya saat mengurangi porsi makan, Anda terkadang merasa membutuhkan asupan camilan.

Perwakilan Southeast Asian Food and Agricultural Science (Seafast Center) Institut Pertanian Bogor, Prof. Dr. Nuri Andarwulan menambahkan, dalam naive subject kerap ditemukan pola makan tidak seimbang.

Hal ini ditandai dengan kelebihan gula, lemak, minyak, rendah sayur dan buah.  Faktor yang menjadi salah satu penyebab tingginya penyakit tidak menular di Indonesia.

“Menurut survei Seafast Center, asupan garam dan lemak banyak ditemukan pada makanan siap saji dan asupan gula pada pangan olahan,” ucapnya saat acara Jakarta Food Editor’s Club di Tangerang beberapa waktu lalu.