Optimisme Zoya dalam Bisnis Ritel [PinkKorset]

Optimisme Zoya dalam Bisnis Ritel

PinkKorset.com, Bandung – Ketika satu per satu bisnis ritel berguguran, merek fesyen muslim ini justru yakin model usaha ini masih menguntungkan.

Kendati bisnis toko ritel dunia mengalami kemunduran tetapi tidak seluruhnya. Saat gerai ritel seperti Seven Eleven, Matahari Department Store dan Ramayana satu per satu tutup, Shafco Enterprise justru membuka gerai ritel baru dengan skala lebih besar dari toko sebelumnya.

“Ini karena Zoya di bisnis muslim sudah cukup lama, sejak 1989. Kami sudah sangat mengerti konsumen kami,” ucap CEO Shafira Corporation Deny Setiawan di sela-sela pembukaan Zoya Super Store di Bandung baru-baru ini.

Menurutnya fenomena usaha ritel tutup karena peralihan pasar konsumen (market shifting) tidak banyak. Beberapa gerai ritel tersebut tutup karena lokasi yang tidak ramai lagi. Diperparah dengan biaya operasional yang semakin melambung tinggi. Sementara Zoya mengantisipasi hal itu dan mematok return of investment (ROI) 35%.

“Alhamdulillah dari 140 toko ROI di atas 35%,” katanya.

Pada penghujung akhir 2017, Zoya membuka toko ke-141 di Bandung dengan konsep lebih besar dan lengkap, Zoya Super Store (ZSS). Ditargetkan 2018 sebanyak 20 ZSS dibuka dengan rincian, 10 toko dibuka baru dan 10 toko dari pengembangan toko Zoya yang sudah ada. Beberapa target lokasi ZSS berikutnya mencakup Jakarta Timur, Pontianak, Surabaya, Garut, Sukabumi, Makassar, Jambi dan Bengkulu.

Strategi pemasaran

Deny menganggap adanya media online bukan sebagai kendala persaingan, melainkan ‘perangkat’ pelengkap dalam bisnis ritelnya. Ia memanfaatkan media online sebagai sarana promosi, kampanye produk dan menarik konsumen yang lebih muda.

“Media placement kami di online hampir 40% pada 2017. tahun depan kami tingkatkan lagi karena berdampak positif,” katanya.

Saat ini media online belum menggantikan peran toko ritel Zoya. Kontribusi penjualan online masih di bawah 5% dari total pendapatan per tahun.

 

Selain itu, upaya pemasaran lainnya dengan menggandeng beberapa public figure seperti Medina Zein, Fatin Shidqia dan Gabriella Citra melalui koleksi limited edition. Cara tersebut lebih efektif dan efisien mempertahankan brand awareness ketimbang melakukan rebranding.

“Kolaborasi ini bagian dari upaya menggarap konsumen yang lebih muda (25-30 tahun),” tuturnya.

Selama ini pangsa pasar Zoya didominasi perempuan berumur 30-35 tahun. Produk paling diminati yakni scarf dengan penjualan 3 juta pcs per tahun atau 95% dari total produksi. Produk unggulan lainnya yakni inner, ciput dan bergo. Pencapaian ini selaras dengan tagline Zoya, Queen of Scarf pada 2014.

Inovasi Zoya lainnya yakni memelopori fesyen muslim bekerja sama dengan real swarovski di Australia dan menggunakan teknologi HEIQ Smart Temp & HEIQ Fresh Tech dari Swiss pada inner dan bergo. Teknologi ini berupa injeksi bahan kimia pada kain untuk memberikan efek hangat ketika tubuh dingin dan sebaliknya. Teknologi ini umum digunakan pada produk dry fit Nike dan baju olahraga Adidas.