Merokok di Rumah Bahayakan Bayi [dm]

Merokok di Rumah Bahayakan Bayi

PinkKorset.com – Selain perokok pasif dan perokok aktif, bahaya residu rokok yang disebut sebagai third-hand smoker (THS) membahayakan bayi Anda.

Bukti solid pertama bahwa merokok menyebabkan kanker pertama muncul pada 1950-an. Beberapa dekade kemudian muncul istilah perokok pasif atau second-hand smoker. Kini, para ahli memperingatkan THS, yakni residu tembakau yang menempel di dinding atau furnitur.

Pada percobaan menggunakan tikus, ekspos terhadap sisa racun ini menyebabkan turunnya berat badan serta mengubah jumlah sel darah yang memiliki kaitan dengan sistem imun. Hasil penelitian ini dimuat pada jurnal Scientific Reports milik Nature.

“Buktinya semakin menumpuk. Bahwa residu rokok di perabotan dalam rumah bisa lebih berbahaya ketimbang perokok pasif,” demikian Lawrence Berkeley National Laboratory yang ikut serta dalam studi tersebut.

Periset dari Amerika Serikat dan Tiongkok menguji respons biologis tikus terhadap THS dalam lab yang dikondisikan seperti bagian dalam rumah seorang perokok. Hasilnya, ada alasan Anda perlu mengkhawatirkan bayi menyerap racun dari lantai, karpet, dinding, hingga furnitur.

“Terutama anak kecil yang merupakan populasi rentan terhadap ekspos racun THS melalui pernapasan, pencernaan, atau kontak dengan kulit,” lanjut laporan itu.

Riset sebelumnya menunjukkan racun THS menyebabkan kerusakan DNA pada sel manusia yang diuji di cawan petri. Zat racun THS juga berdampak buruk terhadap sperma dan organ tubuh tikus percobaan.

Belum diketahui seperti apa dampak ekspos THS terhadap kesehatan bayi.

Untuk studi ini, ilmuwan menyelidiki dampak ekspos THS pada berat badan dan sistem imun tikus pada dua tahap. Yakni kelahiran hingga bayi (neonatal), serta awal usia dewasa. Mereka meletakkan kain yang terekspos THS di dalam kandang tikus selama tiga pekan.

Kain itu terkena asap rokok yang dilepas dalam sebuah kotak besi. Asap rokoknya setara 400-700 batang rokok yang diisap selama lebih dari tiga tahun. Untuk perbandingan, di kandang lain diletakkan kain bebas THS pada periode yang sama.

Pada tikus yang diekspos THS, saat usia mencapai tiga pekan berat badan mereka lebih rendah ketimbang tikus bebas THS. Saat kain THS diambil, berat badan mereka semakin naik dan menyamai tikus bebas THS pada pekan kelima.

THS tak lagi berpengaruh saat diekspos pada tikus yang sudah dewasa. Namun sudah mengubah hitungan sel darah yang terkait reaksi peradangan dan alergi. Menurut tim riset, THS terus melekat di permukaan hingga berbulan-bulan.

Pada periode itu, mutasi zat kimia bisa membuat THS yang menempel di dalam rumah semakin berbahaya. Racunnya kemungkinan besar sama seperti perokok aktif dan pasif, ditambah komposisi racun baru yang tercipta karena transformasi kimia.

“Temuan ini bukti ekspos terhadap THS memiliki efek biologis. Mendukung kebijakan tanpa rokok adalah cara terbaik melindungi mereka yang bukan perokok terhadap dampak buruk rokok,” studi itu menyimpulkan.