Kisah Dua Pelestari Air Nusantara [ist]

Kisah Dua Pelestari Air Nusantara

PinkKorset.com, Jakarta – Begitu pentingnya air dalam kehidupan, dua individu ini berjuang melestarikan air dengan caranya masing-masing.

Sosok pertama yang berjasa melestarikan air ialah Sugeng Handoko. Laki-laki asal Nglanggeran, Yogyakarta ini membangun daerahnya menjadi desa wisata yang berorientasi lingkungan.

Desa di kawasan Gunung Kidul ini disulap menjadi desa yang mengintegrasikan penghijauan, konservasi air dan praktik perkebunan berkelanjutan. Bahkan Desa Ekowisata Nglanggeran dinobatkan sebagai salah satu Desa Wisata Terbaik ASEAN pada 2016.

Sugeng menuturkan, perjuangan ini berawal dari keprihatinannya pada pepohonan di sekitar desa yang terus ditebangi untuk dijual. Kemudian pada 1999 bekerja sama dengan para senior Karang Taruna pemuda Desa Nglanggeran menanam pohon di kawasan gunung api purba. Gerakan ini terus berlanjut hingga tahun-tahun berikutnya.

“Salah satu konservasi air yang dikembangkan di desa kami yakni pengelolaan embung,” katanya dalam acara Ades Berikan Apresiasi Kepada Pejuang Air di Jakarta, Kamis (3/5/2018).

Embung atau waduk mini tersebut dibangun di atas bukit dengan tujuan menampung air hujan dan dialirkan ketika musim kemarau. Waduk seluas 0,34 hektare ini mengalirkan air untuk 20 hektare perkebunan durian dan kelengkeng.

Waduk yang dibangun pada 2012 melalui dana hibah Gubernur D.I. Yogyakarta ini adalah embung pertama di Yogyakarta dan menjadi daya tarik wisata di Desa Ekowisata Nglanggeran.

Tidak kalah inspiratif, Romo Marselus Hasan juga memperjuangkan kelestarian air. Laki-laki kelahiran Langgo Ujung Pandang, 24 Oktober 1981 ini membangun Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro (PLTMH) dengan bantuan berbagai pihak pada 2012 di Desa Bea Muring, Nusa Tenggara Timur (NTT).

Polusi udara dan suara menjadi alasan dibangun PLTMH. Sebelumnya masyarakat di desa ini mengandalkan listrik dari puluhan generator yang menggunakan BBM. Kini setelah dibangun pembangkit listrik yang memanfaatkan potensi aliran air ini masyarakat bebas dari polusi udara dan suara serta hemat biaya.

“Warga tidak perlu membeli bensin lagi dan bisa menghemat biaya hingga Rp540 juta,” ujar penerima Penghargaan Energi kategori Prakarsa Perorangan, Kementerian ESDM (2016) ini.

Saat ini PLTMH telah dibangun di lima desa di NTT dan 1.290 Kepala Keluarga menerima manfaatnya.

Atas dedikasi Sugeng Handoko dan Romo Marselus Hasan melestarikan air, PT Coca-Cola Indonesia berkolaborasi dengan The Nature Conservancy (TNC) Indonesia memberikan apresiasi kepada mereka sebagai Pejuang Air Ades.

Marketing Manager Hydration PT Coca-Cola Indonesia, Mohamad Rezki Yunus mengatakan, kedua sosok ini telah memberikan kontribusi besar dalam menjaga kelestarian air, memberikan dampak positif nyata terhadap lingkungan dan berhasil mengangkat berbagai potensi di daerahnya.

“Kami berharap penghargaan ini menjadi titik awal kerja sama yang berkelanjutan dengan para pejuang air untuk memperjuangkan konservasi perjalanan air di Indonesia,” pungkasnya