Risiko Kesehatan Anak Picky Eater [washington post]

Risiko Kesehatan Anak Picky Eater

PinkKorset.com, Jakarta – Anak menjadi pemilih makanan (picky eater) memiliki risiko gangguan kesehatan di masa depan.

Pakar Tumbuh Kembang Anak Prof. Dr. dr. Rini Sekartini SpA(K) menjelaskan, anak picky eater berisiko mengalami gagal pertumbuhan tubuh dan otak (stunting) akibat kekurangan gizi dalam waktu lama.

“Ini disebabkan picky eater mengalami kurang gizi karena asupan energi, protein, karbohidrat, vitamin dan mineral lebih rendah ketimbang non-picky eater,” katanya dalam peluncuran Susu Curcuma Plus di Jakarta, Jumat (19/10/2018).

Pemantauan Status Gizi 2017 menunjukkan, prevalensi balita stunting di Indonesia masih tinggi, yakni 29,6% di atas batasan yang ditetapkan WHO (20%). Kondisi ini disebabkan rendahnya kesadaran ibu terhadap makanan bergizi dan rendahnya asupan vitamin serta mineral.

Berdasarkan Jurnal Gizi Indonesia (JGI) 2018, picky eater merupakan kondisi anak menunjukkan preferensi yang kuat terhadap makanan tertentu atau hanya mau mengonsumsi makanan yang ia suka.

Bahayanya kecenderungan picky eater terjadi pada usia prasekolah. Padahal anak pada rentang usia tersebut membutuhkan status gizi baik untuk menunjang pertumbuhan dan perkembangan fisik, kecerdasan dan emosional.

Penelitian Rahma Hardianti dan Fillah Fithra Dieny dalam JGI 2018 memaparkan, proporsi angka kejadian picky eating anak prasekolah di Indonesia mencapai 52,4%. Sebanyak 75% picky eater mulai menolak makan pada tahun pertama kehidupan dan berlanjut hingga umur dua tahun.

Sementara sisi psikologis anak picky eater, Psikolog Anak tari Sanjojo, Psi menilai kondisi fisik mereka terganggu dan menyebabkan tidak bersemangat bereksplorasi.

“Bahkan picky eater juga menyebabkan anak terasingkan dari pergaulannya karena pilih-pilih makan atau menghindari makanan,” pungkasnya.