Apa Saja Tanda Anak Kecanduan Game? [google]

Apa Saja Tanda Anak Kecanduan Game?

PinkKorset.com, Jakarta – Anak dapat dikatakan kecanduan game bila tiga indikasi ini terpenuhi. Bila ketiga faktor terpenuhi maka orangtua harus waspada.

Motivator muda sekaligus mantan pecandu game, Andrew Ryan Samuel mejelaskan, terlepas dari manfaat postif memaninkan game juga berdampak negatif. Indikasinya ketika anak mulai kecanduan game. Kondisi tersebut dapat diamati bila game telah memengaruhi tiga faktor utama ini.

“Anak kecanduan game bila kesehatan, edukasi dan kehidupan sosial dikorbankan,” ucapnya dalam parenting workshop bertajuk Bagaimana Mengatasi Efek Negatif Kecanduan Game di Jakarta, Sabtu (26/1/2019).

Orangtua perlu bertindak cepat ketika anak gemar bermain game hingga kesehatannya terganggu, nilai akademis menurun dan kehilangan teman-teman atau sering menyendiri. Tanda-tanda tersebut mengindikasikan anak lebih menyukai game yang sebatas dunia maya dan tidak peduli kehidupan nyata. Sehingga anak sulit melepaskan diri dari game.

Kondisi ini pernah dialami Andrew saat dirinya berumur 14 tahun. Laki-laki kelahiran Jakarta, 25 Maret 2002 ini mengalami kecanduan game online selama 1,5 tahun. Saking ketergantungan game, selepas pulang sekolah ia langsung bermain game selama 12 jam sehari atau 1.200 jam selama 1,5 tahun.

Prestasi yang diraih di game online ini membuat dirinya populer di kalangan tersebut. Ia pun sempat membuat komunitas khusus game ini yang beranggotakan dari pemain seluruh dunia. Bahkan ia mendapatkan penghasilan dari aktivitas itu. Namun akhirnya Andrew harus menelan pil pahit akibat kebiasaan buruk ini.

“Saya harus pakai kacamata minus 6, mudah flu, sulit berkonsentrasi di kelas dan menyendiri di kamar,” ucapnya.

[Motivator muda dan penulis buku The Trigger to Everything, Andrew Ryan Samuel]

Andrew bersyukur mampu mengakhiri kecanduan game. Kendati sempat terbesit menjadi Gamer tetapi urung diwujudkan. Ia menyadari masa depan dirinya bukan ditentukan game, melainkan kesehatan, edukasi dan kehidupan sosial.

Penulis buku The Trigger to Everything ini mengamati, pemicu anak kecanduan game disebabkan mendapat kesenangan. Pada dasarnya manusia suka diterima orang lain atau mendapat perhatian. Jika anak merasa lebih menyenangkan di dunia maya maka ada kencenderungan kecanduan game.

Sementara pengembang game berlomba-lomba merancang permainan yang menarik dan memacu pengguna untuk terus bermain. Terlebih lagi game online yang menghubungkan antar pemain di berbagai belahan dunia. Kondisi ini menambah kenyamanan pecandu game karena berkumpul dengan orang-orang yang mengalami hal sama.

“Disinilah orangtua harus membuat dunia nyata lebih menyenangkan bagi anak ketimbang dunia maya,” pungkasnya.