Cegah Bahaya Hipertensi Dimulai dari Rumah

PinkKorset.com, Jakarta – Hipertensi saat ini menjadi salah satu penyakit ‘silent killer’ terbanyak di dunia. Meski kedatangannya kerap tidak disadari, pencegahannya bisa dilakukan sejak dini di rumah Anda. 

Seperti diketahui, hipertensi adalah penyebab angka kematian yang cukup tinggi di dunia, yakni hampir 8 juta kasus setiap tahunnya, dengan 1,5 juta di antaranya berasal dari Asia Tenggara. Di Indonesia sendiri, satu di antara tiga penduduk dewasa diperkirakan mengidap hipertensi.

Namun, datangnya hipertensi kerap tidak disadari, karena terkadang tidak memiliki tanda-tanda atau gejala. Bahkan ketika penyakit telah berpengaruh ke organ penting lainnya, seperti otak, jantung, ginjal, mata, pembuluh darah besar (aorta) dan pembuluh darah tepi.

Ini alasan mengapa Dr. dr. Yuda Turana, Sp.S, Anggota Dewan Pembina InaSH, sangat merekomendasikan  cek tekanan darah di rumah (CERAMAH) secara berkala. Berdasarkan temuan riset InaSH, 63 persen pasien hipertensi mengonsumsi obat antihipertensi tanpa pemantauan. “Ini menunjukkan bahwa sebagian besar pasien tidak melakukan cek tekanan darah secara teratur dan mandiri di rumahnya,” ujarnya dalam acara kerja sama Omron Healthcare Indonesia dengan Perhimpunan Hipertensi Indonesia (InaSh) pada Kamis (19/9/2019).

Padahal, lanjutnya, banyak studi yang menunjukkan pengecekan tekanan darah di rumah lebih baik dibandingkan hanya mengecek di rumah sakit atau klinik. Selain bisa meningkatkan kepatuhan pasien, pengecekan tekanan darah di rumah bisa mendeteksi adanya masked hypertension (hipertensi terselubung) dan whitecoat hypertension (hipertensi jas putih).

Masked Hypertension dan Whitecoat Hypertension

Hipertensi terselubung terjadi ketika tekanan darah Anda saat dicek di klinik normal, tetapi ketika dicek secara mandiri di rumah menjadi tinggi. Hal ini terjadi karena banyak faktor. Selain karena adanya kerusakan target organ seperti gangguan jantung, bisa juga karena cara pengukuran yang kurang tepat.

Sementara hipertensi jas putih terjadi ketika tekanan darah Anda mengalami peningkatan saat diperiksa oleh dokter atau perawat, namun saat normal saat diukur di rumah. Hal ini bisa terjadi karena ketakutan atau kecemasan pasien saat diperiksa oleh dokter. “Tetapi apapun itu, baik masked ataupun whitecoat hipertensi, dua-duanya menjadi faktor risiko,” ujar Yuda.

Menurutnya, dengan adanya alat pengukur tekanan darah di rumah, pasien dapat memantau tekanan darah dari rumah, “Mereka pun memiliki kecenderungan untuk melakukan pengobatan secara teratur. Jadi dia lebih peduli untuk hipertensinya,” jelasnya.

Image result for Yoshiaki Nishiyabu, omron, 2019

(ki-ka) Hendriko Norman, Marketing Manager, PT OMRON Healthcare Indonesia; Yoshiaki Nishiyabu, Managing Director, PT. OMRON Healthcare Indonesia; dr. Tunggul D. Situmorang, Sp.PD-KGH; Ketua Umum InaSH; Dr. dr. Yuda Turana, Sp.S, Anggota Dewan Pembina dan Badan Pengawas InaSH

Pentingnya melakukan CERAMAH

Ketua Umum Indonesia Society of Hypertension (InaSH), dr. Tunggul Diapari Situmorang, Sp.PD-KGH juga menegaskan pentingnya melakukan CERAMAH atau Home Blood Pressure Monitoring (HBPM). Menurutnya, dari empat paradigma mengenai tata kelola hipertensi yang meliputi diagnosis, klasifikasi, pilihan obat-obatan dan target tekanan darah yang harus dicapai, diagnosis merupakan hal terutama dan terpenting untuk diperhatikan dan dilakukan secara benar.

“Jadi, kalau cuma periksa atau cek tekanan darah sesekali waktu ke klinik saja itu malah hasil diagnosisnya kurang tepat. Padahal, diagnosis inilah yang akan menentukan tindak lanjut yang harus dilakukan penderita dan tim medis untuk mengatasi hipertensi. Masuk kategori apa, obatnya apa, juga target capaian tekanan darahnya berapa,” tutur Tunggul.

CERAMAH, lanjutnya, juga akan memperlihatkan hasil yang lebih realistis karena diambil saat Anda menjalani aktivitas keseharian, dan bukan hanya sekali-kali saat kunjungan ke dokter atau klinik. Selain itu, dibandingkan dengan pengukuran ambulatory blood pressure (ABP) di klinik yang hanya bertahan 24 jam, CERAMAH juga bisa mengukur dan mendeteksi tren tekanan dari hari ke hari. “Dengan pengukuran akurat dari monitor tekanan darah yang divalidasi, pengguna dapat menerima saran yang tepat dari dokter mengenai pengobatan dan rekomendasi paling efektif dalam meningkatkan gaya hidup mereka,” ujar Tunggul.

Beberapa kelompok yang disarankan untuk rajin cek tekanan darah di rumah adalah lansia, ibu hamil, pasien diabetes, serta mereka yang sudah memiliki kondisi atau riwayat hipertensi di keluarga untuk mencegah kerusakan organ lebih parah seperti stroke atau ginjal. Pengendalian hipertensi juga memerlukan gaya hidup sehat. Misalnya saja memenuhi gizi seimbang, mengendalikan asuan gula, garam dan lemak, olah raga teratur, tidak minum alkohol, hindari stres dan berhenti merokok. “Kendalikan berat badan dan lingkar pinggang tetap ideal,” katanya.

Solusi OMRON

Yoshiaki Nishiyabu, Managing Director, PT. OMRON Healthcare Indonesia menekankan pentingnya deteksi awal dan pemantauan hipertensi secara berkelanjutan, mengingat cepatnya hipertensi meluas di kalangan masyarakat Indonesia.

Sebagai solusinya, OMRON Healthcare Indonesia akan terus bekerjasama dengan berbagai organisasi kesehatan dengan menawarkan peralatan kesehatan yang andal dan mudah digunakan untuk membantu pengguna memantau tekanan darah mereka pada batasan yang sehat dan normal. Data tersebut sangat penting untuk memberi informasi ke dokter, yang kemudian dapat memanfaatkannya untuk memberikan pengobatan secara efektif.

“Kami senang bisa bekerja sama dengan Perhimpunan Hipertensi Indonesia (InaSH). InaSH akan sangat membantu kami mencapai visi dalam kampanye global OMRON bertajuk ‘Zero Event’, yang bertujuan mengurangi insiden terjadinya penyakit yang mengancam jiwa, yang disebabkan oleh tekanan darah tinggi, sampai tak ada sama sekali,” tutupnya.