Menelisik Covid-19 Lewat Bioinformatika [google]

Menelisik Covid-19 Lewat Bioinformatika

Seluruh dunia menghadapi ancaman pandemik Covid-19. Lalu, bagaimana analisis corona (Covid-19) dari sudut pandang bioinformatika.

Bertambahnya kasus pandemik ini memicu keresahan masyarakat. Terlebih lagi tanpa disertai pemahaman yang jelas mengenai virus Covid-19. Menanggapi hal tersebut, Kepala Jurusan Bioinformatika Indonesia International Institute for Life Sciences (i3l), Dr.rer.nat, Arli Aditya Parkesit memaparkan sudut pandang bioinformatika tentang virus Covid-19.

Menurutnya virus Corona baru atau SARS-CoV-2 sebagai penyebab penyakit COVID-19 dapat dianalisis oleh ilmu bioinformatika dalam mencari solusi untuk cetak-biru diagnostik, pengobatan, dan pencegahan dalam bentuk vaksin. Sekadar informasi, Bioinformatika adalah bidang ilmu yang mempelajari teknik komputasi dalam melakukan pengumpulan dan analisis data biologis kompleks.

Lebih lanjut Dr. Arli menjelaskan, konteks diagnostik dilakukan dengan navigasi ke basis data genome SARS-Cov-2 untuk mencari conserve region yang dapat dikembangkan sebagai marker diagnosis molekuler. Kemudian konteks pengobatan terdiri atas strategi basis data obat yang sudah ada (drug repurposing) dan basis data herbal seperti yang banyak dikembangkan di Tiongkok. Terakhir, konteks pengembangan vaksin menggunakan metode immunoinformatika untuk mendesain vaksin generasi baru yang lebih aman karena materi genetikanya tidak diikutsertakan.

Apa yang perlu dilakukan saat ini?

Dr. Arli tetap menyarankan masyarakat mengikuti arahan pemerintah berdasarkan SOP WHO, seperti physical distancing, rajin cuci tangan dan pakai masker. Kemudian tidak pergi ke rumah sakit jika tidak sakit berat, terutama ikuti petunjuk dari RT/RW terkait pengamanan wilayah masing-masing.

Namun perbedaan pendapat terhadap kebijakan pemerintah diharapkan dapat diserahkan kepada ahlinya, seperti pakar epidemiology/public health, dokter spesialis penyakit dalam dan paru, maupun ilmuwan yang bekerja di bidang terkait virologi seperti farmakologi molekuler, biomedik dan bioinformatika.

“Kami para bioinformatisi percaya segala sesuatu harus diserahkan pada ahlinya. Pemerintah dan swasta sudah membuka lowongan untuk volunteer terkait pengembangan diagnostic COVID-19, yang akan sangat baik jika diikuti oleh semua pihak terkait,” ujarnya dalam keterangan tertulis di Jakarta beberapa waktu lalu.

Ia menambahkan, saat ini bersama rekan-rekan bidang bioinformatika tergabung dalam Masyarakat Bioinformatika dan Biodiversitas Indonesia (MABBI).

“Sekarang konsorsium ini bekerja secara kolaboratif untuk menemukan metode diagnostik, pengobatan dan pencegahan optimal terhadap SARS-CoV-2/COVID-19. I3L juga terlibat penuh di konsorsium tersebut,” pungkasnya.