Sri Owen

"Masaklah masakan Indonesia terbaik yang bisa dibuat"

Legenda Kuliner Indonesia di Inggris

Di Indonesia, namanya mungkin tak begitu sering didengar. Namun, tahukah Anda, perempuan inilah yang memopulerkan masakan Indonesia di Inggris hampir setengah abad lamanya.

Nama perempuan tersebut adalah Sri Owen. Ia merupakan penerima Lifetime Achievement Award dari Garuda Indonesia atas jasanya pada dunia kuliner Indonesia, terkait profesinya sebagai penulis buku masakan Indonesia termasyhur di Inggris.

Perempuan kelahiran Sumatera Barat ini memang mencintai kuliner Indonesia, khususnya masakan rumahan, sejak masa anak-anak. Neneknyalah yang menanamkan kecintaan pada masakan tanah airnya sejak dini.

Sayangnya, masa kecilnya yang bahagia itu terenggut masa-masa perang. Lahir pasca Perang Dunia II, tepatnya pada 31 Maret 1935, membuat masa kecilnya diwarnai kerusuhan. Keluarganya pun terpaksa mengungsikan Sri kecil ke Jawa Tengah, kampung halaman sang Ibunda.

“Saya tinggal di sana hingga lulus kuliah. Besar di Jawa Tengah membuat saya ingin melihat dunia. Oleh karena itu saya memilih kuliah di Jurusan Sastra Inggris. Minat saya pada dunia literatur makin tersalurkan,” kata lulusan Universitas Gadjah Mada ini.

Sifat pekerja kerasnya ditambah dengan kecintaan pada dunia sastra membawanya menekuni berbagai profesi di bidang akademis semasa muda. Ia sempat bekerja sebagai sekretaris dosen Sastra Inggris, pustakawan Universitas Gadjah Mada, bahkan sempat menjadi dosen muda.

Sri muda juga amat menikmati perannya sebagai interpreter lepas untuk tamu VIP mancanegara di Indonesia, juga menyiarkan puisi dan drama di salah satu stasiun radio di Yogyakarta.

“Sebenarnya, saya sempat ditawari beasiswa di Amerika Serikat dan Australia. Akan tetapi, kesemuanya saya tolak karena impian saya adalah tinggal di Inggris,” ucap ibu dua anak ini.

Pucuk dicinta ulam tiba, kesempatan tersebut datang bersamaan dengan datangnya seorang lelaki yang meminangnya. Ia adalah Roger Owen, seorang dosen native-speaker yang didatangkan dari Inggris untuk mengajar di Universitas Gadjah Mada selama tiga tahun.

Pascakontrak Roger habis, Roger memboyong Sri ke kampung halamannya pada 1962. Petualangan kuliner di negeri ini pun dimulai.

“Sebenarnya, di Inggris saya bekerja sebagai presenter, produser, dan translator di BBC Indonesian Service. Walau saya menjalani impian saya di negeri ini, tetap saja akar saya sebagai orang Indonesia tak bisa bohong. Saya sangat merindukan Indonesia, apalagi makanannya,”tutur Sri yang akhirnya bekerja di BBC selama lebih dari 20 tahun.

Selama dua tahun pertama di London, Sri benar-benar mendambakan makanan asal negerinya. Pada 1964, di Inggris sama sekali tidak ada restoran Indonesia. Restoran Asia yang populer hanyalah restoran India dan Tiongkok.

Nenek satu cucu ini bahkan mengaku harus pergi ke Belanda hanya untuk membeli rempah. Di masa itu orang Belanda memang akrab dengan makanan Indonesia, namun bukan berarti memiliki bumbu yang lengkap. Iklim Belanda yang tidak memungkinkan untuk menanam rempah, membuatnya harus mengimpor dari Indonesia dalam bentuk bubuk.

“Saya harus puas memasak dengan cabe, bawang merah, bawang putih, kencur, laos, dan lain-lain walau dalam bentuk bubuk. Sebenarnya rasanya cukup plain, namun lebih baik dibandingkan tidak sama sekali,” ucap Sri yang gemar membuatkan nasi goreng untuk anaknya.

Hobi memasak tidak hanya untuk disimpan seorang diri. Sri kerap mengundang teman dan koleganya untuk makan bersama di rumahnya yang mungil. Ternyata, kehangatan masakannya mampu menyentuh hati mereka, termasuk seorang kolega literatur suaminya.

“Kebetulan, ia juga seorang agen sastra. Karena menurutnya masakan saya enak, ia mempengaruhi saya untuk menulis buku. Singkat kata, terbitlah buku pertama saya pada tahun 1976, The Home Book of Indonesian Cookery,” jelas Sri.

Terbitnya buku tersebut bertepatan dengan momentum kebangkitan kuliner Asia Tenggara di Inggris. Saat itu, restoran Thailand pertama dibuka di sana. Buah, sayur, dan bumbu eksotis asal Asia Tenggara pun semakin banyak bermunculan di toko bahan makanan.

Selain memudahkan untuk terus berkarya mengeksplorasi kuliner tanah air, Sri juga menemukan playground barunya, yaitu kuliner Thailand. Akan tetapi, kecintaannya pada kuliner dalam negeri tak serta merta pudar.

Hingga usianya yang kini menginjak 80 tahun, Sri telah menulis 10 buku. Buku teranyarnya adalah Sri Owen’s Indonesian Food yang diluncurkan pada 2008 di Kedutaan Besar Indonesia untuk Inggris.

Hingga tiga tahun lalu, Sri masih mengajar kelas masakan Indonesia di  kediamannya di Wimbledon, Inggris. Namun, kegiatan ini harus berhenti karena masalah kesehatan.

“Jangan salah. Saya masih sanggup jika diajak mengajar kelas di luar negeri seperti di Amerika dan Kanada, seperti beberapa saat lalu. Juga mengikuti event di tanah air seperti Ubud Food Festival,” ucap Sri yang selalu pulang ke tanah air jika sedang menulis buku untuk keperluan riset.

Kendalanya menulis buku di Inggris adalah keharusan untuk beradaptasi dengan format penulisan buku masak di sana. Diakuinya, menulis resep di sana haruslah sangat mendetil hingga ke ukuran potongan dan ketepatan lama memasak. Alhasil, saat proses penerbitan buku-buku awalnya, ia tidak menggunakan foto sama sekali.

“Kalau sekarang, kita sudah banyak terbantu dengan teknologi fotografi yang semakin bagus dan canggih,” ujarnya.

Ambisinya kini, masih tetap seperti ketika ia pertama kali menulis buku 40 tahun silam, yaitu bagaimana memasak masakan Indonesia yang bercita rasa sempurna dan bisa lebih dikenal di dunia.

Sri mengakui walau sudah banyak karya yang ditelurkannya, tetap saja cara paling efektif dalam melakukan promosi kuliner adalah dengan membuka restoran. Hal itu pernah dilakukan pada 1984 . Saat itu,  Sri dan suaminya membuka usaha toko makanan di rumahnya di Wimbledon Village yang bernama ‘Sri Owen Indonesian Food’.

Masakan khas Indonesia yang dijual ditokonya antara lain rendang daging, mie goreng, lumpia goreng dan nasi goreng. Selain dijual ditokonya, semua masakan itupun dijual  di Harrods Food Court .

Menurut Sri, restoran masakan Indonesia sangat jarang di London, hanya ada dua restoran Indonesia. Bandingkan dengan restoran Thailand yang mencapai dua ratus lebih jumlahnya. “Saya berharap makin banyak restoran Indonesia di luar negeri agar semakin banyak yang mengenal makanan Indonesia,”katanya.

Ia pun memberi saran bila Anda ingin menjajal bisnis restoran masakan Indonesia.

“Saran saya untuk yang ingin memulainya, masaklah masakan Indonesia seenak mungkin yang bisa anda buat. Itulah kunci kesuksesan restoran di manapun anda berada,” ujarnya mengakhiri pembicaraan.

NAMA Sri Owen
LAHIR Padang Panjang, Sumatera Barat,31 Maret 1935
PROFESI Penulis buku, guru masak, dan konsultan makanan
ALMAMATER Sastra Inggris Universitas Gadjah Mada Yogyakarta