Emma Watson

 “Menjadi feminis tidak menjadikan saya benci kaum lelaki”

Perempuan dengan Paket Lengkap

Aktris Emma Watson mengaku telah menjadi feminis setelah disebut “suka memerintah” saat berusia delapan tahun.

“Saya bingung ketika disebut ‘bossy’ saat ingin mengarahkan drama yang kami buat untuk orang tua kami. Namun anak-anak lelaki langsung diperbolehkan melakukannya, tanpa perdebatan,”ujarnya.

Sejak itu, Ia pun mulai mempertanyakan asumsi-asumsi berbasis gender.

Pemeran Hermione Granger dalam film Harry Potter ini melihat, pada usia 15 tahun, teman-teman perempuannya keluar dari tim olahraga karena tidak ingin tampak berotot.

Pengalaman tentang gender pun berkembang ketika pada usia 18 tahun, ia melihat rekan-rekan lelakinya kesulitan mengungkapkan perasaan mereka.

Mengaku dirinya sebagai feminis, Emma awalnya merasa tidak sulit. Namun, ia kemudian menemukan bahwa kata feminis saat ini tidak populer.

“Rupanya saya termasuk perempuan yang ekspresinya dinilai terlalu kuat, terlalu agresif, mengisolasi, anti-laki-laki dan tidak menarik.”

Emma yang baru ditunjuk menjadi UN Women Goodwill Ambassador ini pun heran, mengapa kata feminis mendapat label yang tidak nyaman di masyarakat.

“Saya diangkat enam bulan lalu dan semakin lama saya menyadari bahwa memperjuangkan hak-hak perempuan kini sudah identik dengan membenci lelaki. Ini harus dihentikan.”

Kampanye HeforShe

Berbicara di markas Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) di New York, Sabtu, 20 September 2014, Lulusan Oxford University, Inggris dan Brown University, Amerika Serikat ini terlihat fasih menyuarakan isu penting tentang kesetaraan gender dalam kampanye ‘HeforShe’.

HeForShe adalah gerakan solidaritas untuk kesetaraan gender yang mendorong keterlibatan kaum adam lebih besar dalam untuk mendukung persamaan gender dan peningkatan hak-hak perempuan.

Menurut Emma, laki-laki juga menderita akibat adanya ketimpangan gender. Mereka kerap mengalami masalah psikologis, namun tidak bisa meminta bantuan karena takut dinilai ’kurang macho’.

Pidato Emma mendapat sambutan hangat dari para peserta dan juga masyarakat umum. Kampanye HeForShe ini menjadi bukti bahwa Emma tidak hanya cantik, berprestasi dan pintar berakting. Namun juga perempuan muda yang cerdas menyikapi isu-isu sosial.

Tidak benci laki-laki

Kendati menjadi feminis, Emma terbukti tidak membenci kaum lelaki. Emma justru menunjukkan bahwa ia berani bersikap. Salah satu pilihan hidup yang ia ambil adalah tinggal bersama kekasihnya, Matthew Jenney.

Keputusan ini cukup mengejutkan. Pasalnya, pasangan ini baru bertemu Desember 2013 lalu dalam sebuah pertandingan rugby yang digelar di London.

Emma menjalani sebagian besar hidupnya di Inggris. Namun, ia sebenarnya lahir di Paris ketika kedua orangtuanya yang berprofesi sebagai pengacara, Jacqueline Luesby dan Chris Watson bekerja di ibukota Perancis.

Pada usia 5 tahun, Emma pindah ke Inggris setelah perceraian orangtuanya. Namun, ia mengenal sedikit bahasa Perancis.  Emma ikut dengan ibu dan adik laki-lakinya ke Oxfordshire dan menghabiskan akhir pekan bersama ayahnya di London.

Paket lengkap 

Siapa sangka, aktris yang memulai debutnya sejak belia ini memiliki sederet bakat dan prestasi yang membuatnya layak disebut perempuan dengan paket lengkap.

Misalkan saja kemampuan seninya yang cukup mengagumkan. Tidak hanya memenangkan kontes puisi di usia 7 tahun, mengantongi peran Hermione dalam film Harry Potter pada usia 9 tahun, tapi Emma juga pandai berdansa dan dilatih sebagai penari balet di Stagecoach Theatre Arts, gerakanyang ditunjukkan dengan baik di film ‘Ballet Shoes’ (2007).

Sementara itu, kendati hanya mendatangkan guru privat selama lima jam sehari di lokasi syuting, pecinta palajaran matematika dan geografi ini terbukti mampu menguasai pelajaran.

Juni 2006, ujian persamaan (GCSE) untuk 10 mata pelajaran yang diikutinya, menunjukkan delapan nilai A plus dan dua nilai A.

Emma pun melanjutkan pendidikan ke Universitas Brown, yang berlokasi di Providence, Rhode Island. Promosi film dan beberapa proyek film memang sempat memperpanjang waktu kuliahnya yang dimulai pada 2009. Namun, ia akhirnya lulus sebagai sarjana sastra pada Mei 2014.

Tumbuh sebagai gadis cantik, penyuka warna biru ini pun sempat muncul selama enam kali berturut-turut dalam daftar 100 Perempuan Terseksi yang dipilih oleh majalah laki-laki FHM sejak 2007.  Predikat serupa diperoleh dalam majalah Maxim pada 2011 .

Untuk menjaga kebugarannya, Emma tak lupa melakukan aktivitas fisik. Ia gemar olah raga hockey, tenis, rounders (mirip kasti) dan netball (bola jaring).  Ia juga mempunyai sertifikat PADI, yang memperbolehkannya melakukan scuba diving di seluruh dunia. Pada 2013 kemarin pun sertifikatnya bertambah, yakni untuk mengajarkan yoga dan meditasi.

Karakter kuat, kepribadian unik dan profesionalismenya, membuat beberapa merek fesyen ternama melirik Emma. Misalkan saja Burberry yang menjadikannya ikon fesyen pada 2009 dan 2010, serta Lancome pada 2011. Apalagi majalah Elle Inggris memberikan penghargaan Style Icon padanya.

Tidak hanya kegiatan komersial, Emma pun memanfaatkan bakatnya untuk kegiatan sosial. Ia menjadi creative advisor secara cuma-cuma pada People Tree, merek fesyen untuk membantu perdagangan di negara berkembang.

NAMA Emma Charlotte Duerre Watson
LAHIR Paris,15 April 1990
PROFESI Aktris, model
ALMAMATER Brown University, Rhode Island