Lupita Nyong’o

"Saya dulu merasa buruk rupa. Di televisi saya hanya melihat mereka yang berkulit pucat. Saya diejek karena kulit yang berwarna seperti malam."

Perempuan Berkulit Malam yang Memukau

Lupita Nyong’o tak pernah bermimpi wajahnya menjadi sampul di majalah People. Apalagi sampai dinobatkan sebagai perempuan tercantik sejagat 2014.

Namun, nasib berbicara lain. Lupita Nyong`o ditunjuk sebagai “The Most Beautiful Person 2014” versi majalah People.

Ia berhasil menyingkirkan kandidat lain seperti aktris Keri Russell, Jenna Dewan-Tatum, Mindy Kaling dan Amber Heard. Termasuk di antaranya, penyanyi pop Pink, aktris Gabrielle Union, Molly Sims dan Kerry Washington, serta model dan mantan pegulat profesional Stacy Keibler.

“Ini menyenangkan dan pujian yang  luar biasa,” katanya seperti yang dilansir dari People, Kamis (24/4/2014).

Aktris berusia 31 tahun ini melesat sebagai bintang Hollywood kelas A dan mengalahkan perempuan lain dalam daftar People tersebut, seperti Julia Roberts, Cindy Crawford, Tom Cruise, Amber Heard, dan Beyoncé.

Selain penobatannya dirinya, perempuan bernama lengkap Lupita Amondi Nyong’o  ini juga menjadi sampul depan  majalah mingguan terbitan Amerika Serikat People edisi 25 tahun tersebut. Sebelumnya, aktris Michelle Pfeiffer (1990) dan Gwyneth Paltrow (2013) yang mendapat kehormatan serupa dari People.

“Saya merasa bahagia untuk semua perempuan yang melihat saya dan merasa sedikit dilihat,” katanya.

Lupita memang menjadi sorotan publik, setelah memenangkan Piala bergengsi Oscar dan beberapa penghargaan bergengsi lain lewat perannya sebagai Patsey di film ‘12 Years A Slave’ arahan Steve McQueen.

Pada Februari ia menjadi pemberitaan setelah memberikan pidato di penghargaan tahunan Black Women ke-7 di Hollywood.
“Saya dulu merasa buruk rupa. Di televisi saya hanya melihat mereka yang berkulit pucat. Saya diejek karena kulit yang berwarna seperti malam,” ungkap aktris yang mengaku orang Kenya-Meksiko ini.

Selain bakat aktingnya yang fenomenal, Lupita juga membuat orang tercengang dengan gaya busananya. Dalam beberapa musim penghargaan, Lupita didapuk sebagai bintang termodis (fashionable). Salah satunya saat tampil di karpet merah di Academy Award 2014.

Perempuan yang fasih berbahasa Luo, Inggris, Swahili dan Spanyol ini juga dipilih sebagai “10 Fresh Faces” versi CNN.

“Kecantikan dulu adalah apa yang saya lihat di televisi, dengan kulit terang dan rambut panjang terurai. Secara tidak sadar, kita mulai menyukai hal-hal tersebut melebihi apa yang sudah kita miliki sendiri,` ujarnya.

Tak heran, bila Lupita juga terpilih menjadi bintang iklan. Dengan bayaran tinggi, ia dikontrak perusahaan kosmetik dan perawatan kulit Perancis, Lancome Paris.

Ayahnya, Peter Anyang’ Nyong’o , mantan dosen, terpilih untuk mewakili Kisumu County di Senat Kenya pada 2013. Ibunya, Dorothy, adalah direktur dari Afrika Cancer Foundation dan memiliki perusahaan komunikasi sendiri .

Lupita lahir di Meksiko pada 1 Maret 1983, ketika ayahnya, yang saat itu menjadi senator di Kenya diundang sebagai dosen tamu Ilmu Politik di Meksiko. Merupakan tradisi Luo untuk menamakan anak setelah peristiwa hari itu, sehingga orang tuanya memberinya nama Lupita. Dia adalah anak kedua dari enam anak.

Saat berusia kurang dari setahun, Lupita sekeluarga kembali ke Kenya. Namun, pada usia 16 tahun, orangtuanya mengirimnya kembali ke Maksiko selama 7 bulan untuk belajar bahasa Spanyol. Ia membaca kajian film di Hampshire College, Massachusetts , dan setelah bekerja sebagai asisten produksi pada beberapa film, Lupita lulus dari Yale School of Drama.

Pada 2013, ia mengesankan penonton dalam debut film Amerikanya, sebagai budak brutal bernama Patsey di ‘12 Years A Slave’.

Ia pun berhasil mendapat piala Oscar untuk Aktris Pendukung Terbaik pada 2014. Prestasinya tersebut menjadikannya perempuan Kenya dan aktris kelahiran Meksiko pertama yang memenangkan Oscar dan aktris Afrika pertama yang memenangkan Aktris Pendukung Terbaik.

Sepanjang sejarah, Lupita adalah aktris keempat kelahiran Meksiko yang dinominasikan untuk Oscar. Setelah Katy Jurado untuk ‘Broken Lance’ (1954), Salma Hayek untuk ‘Frida’ (2002) dan Adriana Barraza untuk ‘Babel’ (2006) .