Para Ibu, Yuk, Kembali ke Dapur [PinkKorset]

Para Ibu, Yuk, Kembali ke Dapur

PinkKorset.com, Jakarta – Ajakan bagi para ibu untuk kembali ke dapur ini, ternyata memiliki makna yang dalam.

Ajakan ini bukan untuk membatasi para perempuan hanya di ranah domestik saja, seperti yang terjadi puluhan tahun silam. Namun, lebih pada upaya untuk menyelamatkan makanan tradisional dari kepunahan.

Ya. Serbuan kuliner asing sudah dirasakan mengancam keberadaan makanan tradisional.

Sebut saja jaringan makanan siap saji dengan gerainya yang tersebar hingga pelosok negeri. Belum lagi maraknya restoran yang menyajikan makanan pasta khas Italia, Ramen ala Jepang, Kimchi Korea hingga Kare India.

Jajan pasar seperti gethuk, klepon, apem dan serabi pun seakan terlupakan. Bila ini berlanjut, maka makanan tradisional lain pun hanya akan menjadi sejarah yang dikisahkan para ibu ke anak-anaknya.

Pakar Kuliner Indonesia Sisca Soewitomo mengatakan, hal ini sebenarnya bisa dicegah.

Menurutnya, kuliner Indonesia bisa tetap lestari bila generasi muda mengenali dan mencintainya. Cara awal mengenalkan makanan tradisional dapat dilakukan dari hal sederhana, yaitu masakan rumah.

Ia menjelaskan, anak dapat mengenal makanan tradisional dari masakan rumah yang dimasak ibunya. Proses pembiasaan ini akan melekat pada anak hingga dewasa. “Ketika mereka menjadi dewasa dan memiliki anak maka ada cerita makanan yang dimasak oleh ibunya,” ucapnya kepada PinkKorset.com di Jakarta.

Sisca menambahkan, anak sebenarnya terbiasa makan dengan apa yang dimakan orangtua. “Bila anak sering diajak makan di luar, khususnya di mall maka mereka cenderung mengetahui merek-merek restoran asing.”

Ini sebabnya, perempuan lulusan American Institute of Baking di Manhattan, Kansas, Amerika ini mengajak para ibu kembali ke dapur. Sisca tidak memaksa para ibu maupun calon ibu memasak sesuatu yang sulit. Ia memberikan kiat sukses memasak dari hal sederhana.

“Sebelum memasak pastikan dapur bersih sehingga nyaman. Mulailah memasak dari masakan yang mudah seperti telur dadar,” katanya.

Bila anak menyukai masakan ibu, tentu menjadi motivasi. Para ibu pun akan lebih semangat mencoba resep baru.

Upaya sederhana ini secara tidak langsung mencegah punahnya kuliner tradisional melalui pengenalan masakan rumah pada generasi muda.