Status Pernikahan Pengaruhi Kondisi Jantung [baptisthealth]

Status Pernikahan Pengaruhi Kondisi Jantung

PinkKorset.com – Status pernikahan ternyata dapat memengaruhi kondisi penyakit jantung seseorang. Lho, kok?

Dalam sebuah studi teranyar terungkap bahwa orang dengan penyakit jantung yang masih terikat dalam pernikahan, mempunyai kesempatan hidup lebih lama, ketimbang orang dengan penyakit jantung yang sudah bercerai.

Studi yang dipublikasikan di jurnal JAMA Surgery ini dilakukan terhadap 1.500 orang dewasa yang telah menjalani operasi jantung.

Hasilnya, partisipan yang menikah memiliki kesempatan tertinggi untuk bertahan hidup selama dua tahun. Sebaliknya, partisipan yang sudah bercerai, pisah, atau ditinggal mati pasangannya, berpotensi 40% lebih besar untuk meninggal atau mengembangkan kondisi cacat serius dalam periode yang sama.

Dr. Mark Neuman, dari Universitas Pennsylvania mengatakan, status pernikahan menjadi indikator peluang hidup dan tingkat membaiknya kesehatan seseorang dengan penyakit jantung.

Meski para peneliti tidak memastikan indikator yang menjadi pembeda, studi sebelumnya menunjukkan bahwa orang-orang yang menikah akan lebih peduli akan kesehatannya, rajin periksa kesehatan ke dokter, berolahraga dan mengonsumsi makanan sehat.

Menariknya, risiko penyakit jantung bagi mereka yang belum menikah, sama dengan mereka yang telah menikah. Ini karena mereka belajar dan mengerti untuk peduli terhadap kesehatannya sendiri.

Dokter beri perhatian lebih pada pasien cerai

Riset sebelumnya menunjukkan bahwa pasien dengan status menikah memiliki kesempatan hidup lebih baik dan lebih lama setelah menjalani operasi jantung.

Laporan dari jurnal kesehatan ini menyarankan para dokter lebih memperhatikan pasien dengan status cerai yang akan menjalani operasi jantung, khususnya konseling pada masa rawat jalan.

Studi ini meliputi 1.576 partisipan berusia 50 tahun dan lebih, yaitu 65% berstatus menikah, 12% cerai atau pisah dari pasangannya, 21% janda/duda, dan dua persen lainnya belum pernah menikah.

Partisipan laki-laki dengan status menikah memiliki level sakit dan kesulitan penyembuhan lebih rendah, sebelum menjalani operasi jantung.

Namun, pada wawancara pascaoperasi, hanya 19% partisipan dengan status menikah yang meninggal atau mengembangkan cacat serius, seperti tidak lagi bisa berjalan.

Bandingkan dengan 29% partisipan berstatus cerai atau pisah dari pasangannya, 34% yang ditinggal mati pasangannya dan 20% yang belum pernah menikah.

Sedangkan partisipan yang cerai, pisah, atau ditinggal mati pasangannya memiliki risiko 40% lebih besar untuk meninggal atau mengembangkan cacat fungsional pada dua tahun pertama setelah operasi jantung, dibandingkan mereka yang berstatus menikah.

“Penemuan ini menyimpulkan bahwa status pernikahan mempengaruhi penyembuhan dari sakit jantung dan masa hidup pasca operasi,” ujarnya.