Dampak Medis Kebiri Kimia [Men's Clothing by Yoko Ono]

Dampak Medis Kebiri Kimia

PinkKorset.com, Jakarta –  Hukuman kebiri kimia, yang diyakini dapat menekan meningkatnya angka perkosaan, ternyata memiliki dampak buruk yang cukup panjang.

Ketua Perhimpunan Dokter Spesialis Andrologi Indonesia Prof. Dr. Wimpie Pangkahila, Sp. And(K) mengatakan, kebiri kimia mengandung zat yang mampu menekan testosteron, hormon yang berfungsi membangkitkan libido pada laki-laki dan perempuan.

Satu kali injeksi pada laki-laki sudah menurunkan gairah seksual selama tiga hingga empat bulan. Tetapi bila injeksi tidak dilanjutkan akan kembali pulih. “Sementara kebiri kimia jangka panjang (bertahun-tahun) berdampak pada gangguan fungsi seksual seperti impotensi dan kemandulan,” katanya usai jumpa pers PB IDI di Jakarta, Kamis (9/6/2016).

Prof. Wimpie menjelaskan, dampak buruk kebiri kimia juga merusak organ tubuh sistem tubuh lainnya. Efek samping ini berupa penyusutan massa otot, bertambahnya lemak, osteoporosis, anemia berat, gangguan sistem kognitif, jantung, pembuluh darah, penuaan dini hingga kematian.

“Efek yang sama juga berlaku bila diberikan pada perempuan. Salah satu tandanya yakni menopause,” katanya lagi.

Menurutnya obat anti testosterone ini tersedia dalam bentuk injeksi dan oral. Ia menjelaskan, biaya satu kali injeksi menelan dana Rp2,5 juta. Sementara biaya kebiri kimia paling terjangkau dapat diperoleh dari obat-obat KB.

“Injeksi kebiri kimia paling murah dengan obat KB, Depo profera dan tersedia di puskesmas,” ujarnya.

Hukuman kebiri kimia mencuat ketika marak terjadi kasus pemerkosaan pada anak (laki-laki maupun perempuan). Salah satu upaya pemerintah menekan kejadian ini dengan dikeluarkannya PERPPU No. 1 tahun 2016 yang berisi sanksi tambahan pelaku kekerasan seksual pada anak, dengan kebiri kimia.

Namun, Prof. Wimpie tidak menyarankan tindakan ini diberikan kepada manusia mengingat efek buruk yang ditimbulkan. “Tidak ada bukti kebiri kimia memberikan efek jera ketimbang hukuman berat lainnya, misal hukuman mati dan penambahan sekian tahun di penjara,” ucapnya.

Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Udayana, Bali ini menambahkan, tidak ada obat kebiri kimia yang aman. “Karena testosterone tidak boleh sengaja diturunkan kadarnya dalam tubuh,” pungkasnya.