Tips Pilih Bohlam LED [digitaltrends]

Tips Pilih Bohlam LED

PinkKorset.com, Jakarta – Bohlam berjenis LED laris manis karena mengonsumsi lebih sedikit energi ketimbang yang biasa. Lalu bagaimana cara memilihnya?

Selain mengonsumsi energi lebih sedikit, bohlam LED (light-emitting diode) banyak digemari karena tahan hingga 25 ribu jam atau lebih dari seribu hari. Meski lebih mahal ketimbang lampu pijar, ke depannya bohlam LED lebih hemat karena penggunaannya awet hingga bertahun-tahun.

Warna cahaya bohlam LED diukur dengan satuan Kelvin (K). Jika Anda menyukai cahaya yang kekuningan, pilih yang berukuran 2.700 K. Jika ingin cahayanya lebih putih, gunakan bohlam LED berukuran 4.000 atau 5.000 K.

Sedangkan untuk mengukur intensitas cahaya dan konsumsi daya, digunakan istilah watt dan lumen. Lumen adalah satuan untuk mengukur tingkat kecerahan cahaya. Sedangkan watt adalah satuan untuk mengukur konsumsi daya.

Terdapat dua jenis bohlam LED, yakni bening dan opal yang lebih dikenal sebagai bohlam susu. Bohlam bening disarankan untuk lampu dan kap yang didesain menciptakan pola bayangan di dinding. Bohlam opal digunakan agar cahaya tersebar lebih merata ke seluruh ruangan.

Bohlam LED memiliki beberapa bentuk dan ukuran. Bohlam chandelier menyebarkan cahaya seperti lilin, cocok untuk lampu dekoratif. Bohlam reflektor digunakan untuk kegiatan yang memerlukan cahaya terarah seperti lampu baca. Cahanya berbentuk huruf A seperti bohlam pijar.

Satu hal yang juga perlu Anda perhatikan saat membeli bohlam LED adalah Color Rendering Index (CRI). Indeks ini dapat menunjukkan kemampuan bohlam menampilkan warna cahaya sesungguhnya, mulai nol hingga maksimal 100 yang menunjukkan cahaya alami.

Peritel furnitur asal Swedia, Ikea, mengklaim sebagian besar bohlam LED yang mereka jual mencapai nilai CRI 87 dan akan terus bertambah. Ikea juga menjual produk bohlam LED 400 lumen sebesar 6,3 watt. Tingkat kecerahannya diklaim setara dengan bohlam pijar 35 watt.