10 Negara Beriklim Kondusif bagi Pengusaha Perempuan [bd]

10 Negara Beriklim Kondusif bagi Pengusaha Perempuan

PinkKorset.com, Jakarta – Di negara-negara ini para perempuan dapat mengembangkan diri lebih mudah menjadi wirausaha. Apakah Indonesia salah satunya?

Pengusaha perempuan dapat berkembang pesat bila negara mendukung penuh kepemilikan usaha mereka. Sebanyak 10 negara di dunia ini menjadi tempat ideal bagi pengusaha perempuan.

Menurut Mastercard Index of Women Entrepreneurs (2017)  ada 10 peringkat besar negara dengan kondisi pendukung terkuat dan peluang bagi perempuan berkembang sebagai pemilik wirausaha, antara lain Selandia Baru (74,4), Kanada (72,4), Amerika Serikat (69,9), Swedia (69,6), Singapura (69,5), Belgia (69), Australia (68,5), Filipina (68,4), Inggris (67,9) dan Thailand (67,5).

Negara-negara tersebut memiliki kondisi terkuat dalam mendukung kepemilikan usaha perempuan, seperti  komunitas usaha kecil dan menengah yang kuat, pemerintahan yang berkualitas tinggi, serta kemudahan dalam menjalankan wirausaha.

Sementara itu, indeks Indonesia sebesar 61,2 dan menduduki peringkat 32 dari 54 negara yang disurvei secara global ini. Negara ini masih memiliki peluang pertumbuhan wirausaha perempuan, mengingat jumlah pengusaha perempuan hanya 23,8%.

Pada sisi lain, munculnya pengusaha perempuan bukan karena peluang wirausaha, melainkan adanya kebutuhan mendesak. Kondisi ini banyak terjadi di negara-negara dengan pendapatan rendah, misalnya Uganda (34,8%), Bangladesh (31,6%) dan Vietnam (31,4%).

Chief Financial Officer Mastercard Martina Hund-Mejean dalam keterangan pers di Jakarta beberapa waktu lalu mengatakan, keberadaan perempuan ambisius dan berbakat perlu dianggap sebagai peluang wirausaha utama di tengah adanya bias budaya dalam masyarakat. Pembentukan kondisi yang memperkuat fondasi pertumbuhan personal dan ekonomi ini sangat penting.

Indeks tersebut menunjukkan, negara-negara yang menyediakan kondisi lebih baik bagi para pengusaha perempuan akan mendorong adanya dorongan untuk berkembang (Opportunity-Driven Entrepreneurs) lebih banyak. Sementara negara-negara dengan kondisi pendukung yang kurang kondusif cenderung menghasilkan dorongan usaha karena kebutuhan untuk bertahan hidup (Necessity-Driven Entrepreneurs) sehingga menghalangi perempuan menjalankan wirausaha.