Beban Kanker di Indonesia Meningkat [science daily]

Beban Kanker di Indonesia Meningkat

PinkKorset.com, Jakarta – Masalah kanker di Indonesia terus meningkat dan membebani negara.

Di Indonesia kanker menjadi salah satu penyakit tidak menular yang menunjukkan tren peningkatan dan diprediksi terus bertambah. Data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013 mencatat prevalensi kanker di Indonesia sebesar 1,4 per seribu penduduk (347.792 orang).

Selaras dengan hal ini, sumber data global tentang insiden, prevalensi dan kematian akibat kanker, GLOBOCAN memprediksi angka kanker baru di Indonesia terus meningkat dari 366.875 kasus dengan 239.030 kematian pada 2020 menjadi 489.802 kasus dan 334.749 kematian pada 2030.

Sementara Badan Kesehatan Dunia WHO (2012) telah memperkirakan terdapat 14 juta kasus kanker baru dan 8,2 juta kematian akibat kanker di seluruh dunia.

Ketua Perhimpunan Hematologi Onkologi Medik Penyakit Dalam Indonesia (PERHOMPEDIN), Prof. Dr. dr. Arry Harryanto Reksodiputro, SpPD-KHOM mengatakan, angka kematian tinggi akibat kanker berkaitan erat dengan ditemukannya kanker pada stadium lanjut.

“Ini disebabkan mayoritas pasien kanker di Indonesia baru mulai berobat ketika sudah memasuki stadum lanjut,” ucapnya saat acara The Role of Internist in Cancer Management (ROICAM) ke-5 di Jakarta, Kamis (6/4/2017).

Pada stadium lanjut, sel-sel kanker sudah menyebar ke organ lain (metastasis) sehingga sulit disembuhkan dan cenderung memiliki prediksi perjalanan penyakit (prognosis) yang buruk.  Seperti halnya angka harapan hidup 5 tahun kanker payudara. Pada stadium 0-1 hampir mencapai 100%, stadium 2 (93%), stadium 3 (72%) dan stadium 4 (2%).

Menurut Prof. Arry, mayoritas pasien berobat pada stadium lanjut disebabkan rendahnya kesadaran masyarakat tentang kanker, menjamurnya pengobatan alternatif yang belum terbukti secara ilmiah, mitos dan tabu tentang kanker, kurangnya fasilitas serta tenaga kesehatan di daerah terpencil.

Kondisi ini membebani keuangan pasien maupun keluarga dan negara. Berdasarkan studi ASEAN Cost in Oncology (ACTION) yang dilakukan George Institute for Global Health dalam menganalisa beban finansial akibat kanker di 8 negara Asia Tenggara, diagnosis kanker berpotensi menjadi petaka dalam keluarga. Lebih dari 70% pasien kanker di Indonesia mengalami kematian atau kesulitan keuangan pada tahun pertama setelah dianosis.

Kemudian beban finansial negara akibat kanker tercatat pada pembiayaan kanker melalui Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan selama periode 2014-2015. BPJS Kesehatan menggelontorkan dana Rp1,7 triliun pada 2014 dan melonjak menjadi Rp2,5 triliun pada 2015.