Tes Genetik Deteksi Kanker Payudara [McGill University]

Tes Genetik Deteksi Kanker Payudara

PinkKorset.com, Jakarta –  Banyak cara untuk mendeteksi adanya kanker payudara. Salah satunya adalah tes genetik.

Kanker payudara merupakan kanker yang cukup banyak diderita oleh perempuan Indonesia. Risiko terkena kanker payudara pun dapat meningkat sejalan bertambahnya usia.

Namun seiring berkembangnya teknologi untuk mendeteksi dini dan peningkatan kualitas pengobatan, kini banyak perempuan yang mampu melawan kanker tersebut.

DR. Dr. Samuel Johny Haryono, Sp. B(K)Onk menuturkan, kini ada teknologi di bidang kedokteran yang dapat mendeteksi risiko terkena kanker payudara pada seseorang, yaitu melalui pemeriksaan gen BRCA (BReast CAncer Susceptibility Gene) atau tes genetik untuk kanker payudara.

Pemeriksaan dan pemetaan gen merupakan sebuah kemajuan besar dalam era genomik di dunia. Terutama karena salah satu faktor risiko seseorang terkena kanker payudara adalah faktor genetik, atau ‘terwaris’ dari keluarga.

“Pemeriksaan ini menjadi salah satu alternatif untuk melakukan penapisan, deteksi dini, terutama bagi mereka yang memiliki keluarga dengan sejarah kanker payudara dan kanker-kanker lain,”ujarnya.

Pada tes ini, bila hasil test genetik memberikan hasil positif untuk gen BRCA1, maka risiko kumulatif sampai 10 tahun untuk mengalami kanker payudara adalah sebesar 80-90%, atau sekitar 10 kali lipat lebih besar dari populasi umum.

“Sedangkan pembawa gen BRCA2 mempunyai risiko kumulatif mengalami kanker payudara sebesar 28% pada usia 50 tahun dan 84% pada usia 70 tahun. Jadi tinggi sekali,”katanya.

Menurutnya, dengan mengetahui hasil pemeriksaan BRCA, dokter dapat menganalisa lebih lanjut dan mengambil tindakan pencegahan, misalnya dengan melakukan terapi pengangkatan payudara profilaktik lebih awal.

Tindakan pengangkatan yang disertai dengan rekonstruksi dapat mencegah seseorang terkena kanker payudara hingga lebih dari 90%.

“Tentu keberhasilan pencegahannya lebih mantap, dibandingkan obat-obatan (personalized medicine) yang cenderung mahal, dan hanya untuk menahan berkembangnya kanker selama satu atau dua tahun,“ kata dokter spesialis bedah kanker yang juga aktif dalam organisasi World Federation Surgical Oncology ini.