Apakah Taylor Swift Korban Kejahatan Cyber? [flickr]

Apakah Taylor Swift Korban Kejahatan Cyber?

PinkKorset.com – Taylor Swift dikabarkan membeli domain porno atas namanya, agar tak disalahgunakan. Benarkah Taylor Swift terjebak tipuan penyedia domain?

Taylor membeli domain atas nama TaylorSwift.porn dan TaylorSwift.adult karena tak ingin namanya disalahgunakan. Ternyata, praktik ini cukup kontroversial.

Pembelian domain ini dikenal sebagai domain squatting atau cyber squatting, sebuah isu besar bagi selebritas atau korporasi yang sudah dikenal.

Praktik ini berarti pembelian domain-domain dan mendaftarkannya, dengan tujuan mendapatkan keuntungan besar dari mereka yang memiliki merek atau hendak melindungi nama baiknya.

Media CNN melaporkan, organisasi nonprofit Internet Corporation for Assigned Names and Numbers (ICANN) menambah jumlah generic top-level domain (gTLD) pada 2011 lalu.

Tugas ICANN adalah memastikan identitas unik seseorang di internet terlindungi, stabil, dan beroperasi dengan aman. Mereka juga mengatur alamat-alamat Internet Protocol (IP).

Fungsi paling besar ICANN adalah pengembangan kebijakan terkait Domain Name System (DNS) internasional, memperkenalkan gTLD, serta pengoperasian root name server.

Kita selama ini mengenal dua gTLD teratas, yakni .com dan .net. Pada 2011, ICANN mendata 22 gTLD dan kini sudah tercatat 547 gTLD baru.

Faktanya, hampir setiap bulan tercipta gTLD baru. Diantaranya yang spesifik pada industri hiburan dewasa seperti .porn, .sucks, dan .adult.

Menyadari hal ini, ICANN sebagai pendata domain resmi menghubungi nama-nama yang sudah terkenal dan mengajukan penawaran.

Penawaran ini dilakukan sebelum nama-nama tersebut akhirnya bisa dibeli publik, pada 1 Juni mendatang.

Meski banyak yang lega Taylor Swift sudah ‘mengamankan’ namanya, hal ini justru menyorot praktik cybersquatting sebelum penambahan gTLD.

Korban Cybersquatting?

Bisa ditarik kesimpulan, orang-orang seperti Taylor Swift tampaknya tak punya pilihan selain membeli nama mereka. Sebelum digunakan pihak lain.

Jika Anda memiliki sebuah trademark dan ada seseorang yang ‘menyandera’ domain hingga mau membayar dalam jumlah besar.

Cybersquatting juga termasuk mendaftarkan, menjual, atau menggunakan domain dengan tujuan mencari keuntungan dari trademark seseorang.

Praktik ini lahir ketika pebisnis belum mengenal potensi komersial internet. Pembeli domain menjualnya ketika pemilik trademark sudah ‘sadar’.

Panasonic, Hertz, dan Avon pernah menjadi korban cybersquatting. Untungnya, sekarang semua sudah sadar dan memprioritaskan pengamanan nama domain.