Tekstil Indonesia Primadona di Venezuela [PinkKorset/hawkeye]

Tekstil Indonesia Primadona di Venezuela

Pinkkorset.com, Jakarta – Nilai Ekspor Tekstil Indonesia ke Venezuela berada di peringkat pertama diantara komoditas lain. Posisi ini pertama kali dalam sejarah ekspor ke Venezuela.

Komoditas tekstil Indonesia semakin diminati pelaku fashion Venezuela. Neraca perdagangan meningkat dan mengalahkan komoditas lainnya.

Nilai ekspor tekstil ke Venezuela periode perdagangan Januari – September 2014 saja mencapai $15.759.413, data resmi ini dari BPS.

“Ini menjadi pertama kali menjadi urutan teratas melewati komoditas alat-alat elektronik, krom dan karet,” kata Bayu Hari Saktiawan, Perwakilan Kementerian Ekonomi Kreatif saat acara ‘Batik Diplomacy from Tradition to a Chick Option in Fashion’, Indonesia Fashion Week 2015, Jakarta, Sabtu (28/2/2015).

Indikasi ini semakin mencuat ketika Miss Venezuela mengenakan wastra Indonesia. Ketika itu, Miss Venezuela datang di resepsi nasional dan meminta didandani dengan baju Bali.

“Saat itu kita menjadi live coverage dari E Channel dan media lokal setempat dari 5 stasiun televisi, 4 radio dan puluhan surat kabar dan majalah,” ujar Duta Besar Indonesia untuk Venezuela, Prianti Gagarin Djatmiko Singgih, mengungkapkan pada acara yang sama.

Keberhasilan ini tidak terlepas dari promosi yang berkesinambungan oleh Kedutaan Besar Indonesia di Venezuela. Prianti pun menjabarkan 6 strategi promosi batik dan wastra Indonesia di Venezuela.

Memasukan kurikulum di institute fashion terkemuka di Venezuela (Instituto Brivil), mengadakan lomba desain fashion dengan batik setiap tahun, membuat buku informasi batik dalam bahasa spanyol.

Lalu untuk pertama kalinya, melibatkan desainer-desainer fashion Venezuela merancang busana dengan batik, mengundang pelaku usaha batik, Novita Yunus dan Bayu Arya.

“Mereka memperkenalkan beragam produk kerjinan batik dan membentuk klub pecinta batik, Canting Club yang diikuti oleh pecinta batik dan artis Venezuela,” kata Prianti menguraikan program-programnya yang dimulai pertama kali bertugas di KBRI Venezuela, 2012.

Menurut Prianti, batik menjadi sarana tepat untuk diplomasi  di Venezuela. Batik lebih memikat ketimbang tenun karena di Venezuela masih banyak dijumpai penenun dari suku Indian.

Selain itu, orang Venezuela sangat menyukai busana berwarna-warni. Batik dan kain katun nyaman dikenakan mereka karena musim dan iklim di sana.

Di samping itu, apresiasi tinggi juga dilontarkan desainer muda Venezuela, Jesus Cedeno. Ia salah satu pemenang kompetisi mendesain batik yang diselenggarakan KBRI, Caracas, Venezuela tahun lalu. Jesus mendapatkan hadiah beasiswa belajar batik di Yogyakarta selama setahun.

Jesus mengawinkan motif bunga-bunga khas Venezuela dengan batik. “Salah satunya saya membuat tas jinjing laki-laki dengan pattern kami dan motif batik Tegal,” kata Jesus pada kesempatan yang sama.

Jesus juga membuat Likibaya yaitu kombinasi kreatifitas dari kebaya dan busana tradisional Venezuela yang dikenakan laki-laki (Liqui liqui). Menurutnya ini menjadi prospek bisnis yang cemerlang di Venezuela.

“Ini tantangan besar karena ini bukan budaya kami. Tapi kami membuat desain sederhana dan bisa menunjukan batik yang bisa dikenakan sehari-hari. Hingga saat ini kami memilih mengimpor kain batik ketimbang membuat sendiri karena sangat rumit,” kata Jesus menambahkan.

Popularitas batik juga terlihat dari antusias mereka dalam membeli produk batik milik pengusaha fashion dan kerajinan batik, Novita Yunus. “Dua kali fashion show disana alhamdulillah sold out bahkan ada yang meminta 1000 pcs tas batik,” ujar Novita Yunus mengungkapkan.