Cerita di Balik Kue Jahe [skotcher]

Cerita di Balik Kue Jahe

PinkKorset.com, Jakarta – Perayaan Natal tidak terlepas dari kue jahe (gingerbread) berbentuk orang maupun rumah. Lantas dari mana kisah kue ini?

Pada abad pertengahan di Inggris, gingerbread diterjemahkan sebagai jahe yang diawetkan dan tidak diartikan makanan penutup hingga abad ke-15. Setelah itu istilah tersebut justru digunakan untuk menjelaskan segala makanan manis yang dipadukan jahe bersama madu maupun hasil samping gula tebu atau bit (molase).

Menurut penulis buku Making Gingerbread Houses, Rhonda Massingham Hart, resep pertama gingerbread bermula di Yunani pada 2400 SM dan di Tiongkok pada abad ke-10. Sementara akhir abad pertengahan, masyarakat Eropa, Perancis, Belanda dan Jerman membuat olahan jahe dengan gaya tersendiri. Mereka membuat kue kering keras (hard cookies), bersepuh kertas emas dan dibentuk hewan, raja serta ratu. Bahkan Ratu Elizabeth I tercetus mengenakan fesyen bertemakan kue jahe dan membuatkan serupa untuk tamu kerajaan.

Seiring berjalannya waktu festival tersebut dikenal dengan Gingerbread Fairs dan tersaji kue jahe sebagai hadiah. Bentuk kue jahe berubah dan berkembang mengikuti musim, termasuk inspirasi bunga saat musim semi dan burung ketika musim gugur. Dekorasi kue jahe yang rumit diasosiasikan dengan segala sesuatu yang mewah dan elegan di Inggris. Bahkan kue jahe menginspirasikan desain ukiran dan detail arsitektur rumah-rumah koloni Amerika yang dinamakan Gingerbread Work.

Kue jahe bentuk rumah (gingerbread house) pertama kali dibuat di Jerman pada abad ke-16. Sejak saat itu, kue jahe ini diasosiasikan dengan tradisi perayaan Natal. Popularitas kue jahe bentuk rumah semakin melejit ketika Grimm Bersaudara menulis kisah Hansel and Gretel.