Maia dan Al Pernah Alami Pelecehan Seksual [IG/maiaestiantyreal]

Maia dan Al Pernah Alami Pelecehan Seksual

PinkKorset.com, Jakarta – Selebritas Maia Estianty dan putranya Al, pernah mengalami pelecehan seksual.

Maia mengaku sempat mengalami pelecehan seksual saat masih duduk di bangku kelas 2 Sekolah Dasar (SD). Saat ia dititipkan di rumah pamannya, seorang pembantu pamannya menyentuh beberapa bagian tubuhnya.

“Saya dulu dititipin di rumah Om. Om punya pembantu laki-laki, tukang kebonlah ya. Saya digerayangi dan dicium,” ungkap Maia di Jakarta baru-baru ini.

Menurutnya, saat kejadian, ia tidak mengerti. Ia pun tak merasa takut atau khawatir atas pelecehan tersebut. “Saya cuek saja mendapat perlakuan kayak gitu, sampai saya cerita ke suster yang jaga saya, langsung ngamuk-ngamuk tuh suster ngelabrak tukang kebun.”

Kendati tak sampai trauma, tetap saja kejadian tersebut masih membekas. ” Trauma yang ketakutan gimana gitu enggak, tapi membekas saja,” ujar ibunda Al, El dan Dul ini.

Tidak hanya Maia, putra sulungnya Al Ghazali pun pernah mengalami pelecehan seksual saat kecil.

Saat tidur, Al pernah dipeluk seorang laki-laki. Namun, saat itu Al langsung berontak, “Pas kejadian dipeluk, Al sontak langsung berdiri, marah-marah, diusir tuh orang, karena buat Al, hal itu enggak normal,” kata Maia.

maia-estianty,-al

Perbedaan sikap dirinya dan Al saat kecil, diakui Maia karena faktor pengetahuan tentang seks.

Maia mengatakan saat kecil ia tidak pernah mendapat pendidikan seks dari orangtuanya. Namun, karena tidak ingin kejadian serupa berulang, ia pun mengajarkan pendidikan seks sejak dini kepada ketiga anaknya.

“Dari kecil sudah dijelaskan, kalau begini enggak boleh ya, dipegang begini enggak boleh ya. Aku kasih tahu, kalau laki yang seperti ini tuh begini. Kalau laki-laki yang seperti ini suka sama laki-laki juga,” katanya.

Menurutn Maia, memberi pendidikan seks sejak dini, dapat menghindarkan anak dari pelecehan seksual. Ia pun menyarankan para orangtua tidak merasa tabu berbicara tentang seks dengan anaknya. Bawakan dalam obrolan santai dan happy, sehingga topik tersebut tidak menjadi hal yang jorok.

“Kalau ditutupi nanti malah penasaran pengin tahu kan. Jadi jangan sampai kesannya tabu banget, penting buat terbuka agar mereka paham,” ujarnya.