Pasien Kanker Harus Cerdik dan Patuh [medivizor]

Pasien Kanker Harus Cerdik dan Patuh

PinkKorset.com, Jakarta – Hanya dalam kurun waktu 12 bulan, pasien yang terdiagnosa kanker mengalami kesulitan keuangan.

Survei yang dilakukan ASEAN Cost in Oncology (ACTION) menyatakan, 70% pasien kanker meninggal dengan terbebani soal keuangan dalam 12 bulan setelah terdiagnosis. Sementara lebih dari 40% pasien hidup menguras harta benda demi membiayai terapi setahun pertama.

Setahun setelah terdiagnosis, biaya terapi diperoleh dari pinjaman keluarga (58,6%), tabungan (25,2%), menjual harta benda (14,4%) dan pinjaman pribadi (12,3%).

Studi ini diambil dari survey 8 negara di Asia Tenggara, yakni Kamboja, Indonesia, Laos, Myanmar, Filipina, Thailand dan Vietnam dengan total 9.513 pasien kanker pada 2012-2014.

Untuk menghindari kesulitan keuangan akibat kanker, Kementerian Kesehatan terus meningkatkan kesadaran masyarakat mengenai pencegahan, gejala, dan tatalaksana terapi kanker.

Pada dasarnya semakin dini penyakit kanker terdeteksi maka presentasi kesempatan sembuh akan semakin tinggi dan beban biaya jadi lebih rendah.

Sebagai pencegahan, masyarakat bisa menerapkan perilaku CERDIK yang telah disosialisasikan Kemenkes lewat beragam sosial media.

  1. Cek kondisi kesehatan secara berkala.
    2. Enyahkan asap rokok
    3. Rajin aktifitas fisik
    4. Diet sehat dengan kalori seimbang
    5. Istirahat yang cukup serta Kendalikan stress.

Sementara bagi yang terlanjur menderita kanker bisa mengikuti  program PATUH.

  1. Periksa kesehatan secara rutin dan ikuti anjuran dokter
    2. Atasi penyakit dengan pengobatan yang tepat dan teratur
    3. Tetap diet sehat dengan porsi seimbang
    4. Upayakan beraktifitas fisik dengan aman
    5. Hindari rokok, alkohol dan zat karsinogenik lainnya.

“Upaya-upaya tersebut tentunya harus dilakukan bersama, sehingga dampak ekonomi dan sosial yang menjadi beban masyarakat dan negara dapat ditanggulangi bersama,” tutur Direktur Pengendalian Penyakit Tidak Menular, Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, dr. Lily Sriwahyuni Sulistyowati, MM saat menyampaikan studi Action di Jakarta, Senin (11/4/2016).