Efisiensi Cuci Darah Lewat Perut [google]

Efisiensi Cuci Darah Lewat Perut

PinkKorset.com, Jakarta – Cuci darah lewat perut (peritoneal dialysis) lebih murah ketimbang cuci darah menggunakan mesin (hemodialysis).

Studi Center for Health Economics and Policy Studies (CHEPS) yang melibatkan 120 pasien gagal ginjal tahap akhir atau kronik (PGTA) di tiga rumah sakit di Jakarta dan Bandung menunjukkan, biaya yang dikeluarkan untuk cuci darah menggunakan mesin alias hemodialysis (HD) per tahunnya mencapai Rp115,5 juta per orang. Sementara biaya cuci darah melalui perut atau peritoneal dialysis (PD) Rp130,7 juta dengan kualitas hidup pasien yag lebih baik.

Kendati biaya PD tampak lebih tinggi ketimbang HD, tetapi PD justru lebih hemat. Studi ini mengungkap penghasilan pasien cuci darah yang hilang karena harus ke rumah sakit dua kali sepekan mencapai Rp9 juta. Biaya transportasi yang dihabiskan mencapai Rp5,2 juta sedangkan pasien menggunakan PD hanya Rp3 juta.

Studi ini menyimpulkan, PD berpotensi menghemat dana Jaminan Kesehatan Nasional hingga Rp48 juta lebih per orang per lima tahun.

Konsultan Ginjal Hipertensi Malang Continuous Ambilatory Peritoneal Dialisys Center, dr. Atma Gunawan mengatakan, berdasarkan analisis kematian, PD lebih baik dibandingkan HD dalam menurunkan angka kematian.

“Hal ini akibat kualitas hidup pasien yang menjalani PD jauh lebih baik,” katanya saat diskusi Center for Health Economics and Policy Studies Universitas Indonesia di Jakarta, Sabtu (8/4/2017).

Walaupun PD lebih menguntungkan, tetapi belum banyak pasien PGTA yang memanfaatkannya. Sejak 2012, pasien yang memanfaatkan PD hanya meningkat 400 orang, dari 1.200 menjadi 1.600. Secara umum penggunaan HD mencapai 97%, PD kurang dari 3% dan sisanya memanfaatkan transplantasi ginjal. Padahal alat PD umumnya sudah terintegrasi dengan pusat pelayanan HD.

“PD akan lebih efektif jika dimulai sejak awal tanpa didahului terapi HD selama bertahun-tahun,” sambungnya.

Terapi cuci darah melalui perut maupun menggunakan mesin diperlukan pasien gagal ginjal tahap akhir atau stadium 4. Hal ini disebabkan fungsi ginjal hanya tersisa 15% saja.

Sementara itu jumlah rental unit HD dan PD di Indonesia hanya 352 unit yang berpusat di Jawa, Sumatera (20%) dan Kalimantan (5%). Sayangnya jumlah tersebut tidak sebanding dengan PGTA. Data Indonesia Renal Registry (2015) menunjukkan, ada peningkatan pasien HD baru yaitu 21.000.