Hipertensi Paru Ancam Perempuan [ladycarehealth]

Hipertensi Paru Ancam Perempuan

PinkKorset.com, Jakarta – Penyakit langka ini lebih banyak incar perempuan, sulit dideteksi dan berujung kematian.

Kini hipertensi paru (pulmonary hypertension) menjadi masalah global yang besar. Berdasarkan data yang dilansir phaeurope.org, lebih dari 25 juta kasus hipertensi paru di dunia, sebanyak 50% diantaranya tidak berobat hingga mereka meninggal kurang dari dua tahun. Selain itu, tingkat kematian akibat penyakit ini lebih tinggi dibandingkan kanker payudara dan kanker kolorektal.

Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan menemukan, hipertensi paru sering terjadi pada perempuan daripada laki-laki dengan perbandingan 2:1, banyak menyerang usia muda dan usia pertengahan. Angka kejadian hipertensi paru per tahun sekitar 2-3 kasus per 1 juta penduduk dengan kondisi munculnya gejala penyakit (mean survival) sekitar 2-3 tahun.

Pakar Hipertensi Paru dan Dokter Spesialis Jantung dan Pembuluh Darah, Pusat Jantung Nasional RS. Harapan Kita, Prof. Dr. dr. Bambang Budi Siswanto, SpJP(K), PhD, FIHA, FasCC, FAPSC, FACC, FSCAI mengatakan, hipertensi paru tergolong langka dan baru booming 10 tahun terakhir karena tergolong penyakit misterius.

“Ini disebabkan hipertensi paru sulit didiagnosa. Salah satu gejalanya sesak napas tanpa diketahui penyebabnya,” ucapnya saat acara Pfizer Press Circle di Jakarta, (4/5/2017).

Sebenarnya penyakit ini dapat dideteksi dengan alat echocardiography. Hanya saja alat tersebut masih angat jarang di Indonesia.

Apa itu hipertensi paru?

Hipertensi paru (pulmonary hypertension) tidak sama dengan hipertensi biasa. Kondisi tekanan darah tinggi ini terjadi pada paru. Bila hipertensi umumnya berada pada angka 140/90 mmHg, angka hipertensi paru lebih rendah yakni 25/18 mmHg. Namun tekanan tersebut dianggap sangat tinggi dan memberatkan kerja paru.

Kondisi ini menyempitkan pembuluh darah paru dan meningkatkan kerja jantung kanan memompa darah pada pembuluh darah yang mterhubung ke paru (ventrikel). Dampaknya, otot jantung kanan menebal hingga kelelahan dan gagal jantung kanan.

Penyakit tidak menular ini biasanya ditandai gejala sesak napas saat dan setelah beraktivitas, mudah lelah dan lemas, nyeri dada, pusing hingga pingsan, bengkak kaki hingga liver (edema), jantung kanan bengkak, detak jantung cepat atau tidak beraturan, bibir serta kuku kebiruan.

Selain tidak diketahui penyebabnya, risiko hipertensi paru semakin meningkat akibat penyakit jantung bawaan, riwayat keluarga, penggunaan zat terlarang (narkoba), konsumsi obat diet, merokok dan penyakit paru (tuberkulosis, penyakit paru kronik).

Data Yayasan Hipertensi Paru Indonesia menemukan, 70% kasus hipertensi paru disebabkan penyakit jantung bawaan yang tidak terdiagnosa dan ditangani sejak bayi.

“Oleh karena itu, deteksi dini penyakit jantung bawaan membantu mengurangi kejadian hipertensi paru,” pungkasnya.