Duh, Usia Perokok Pemula Lebih Muda [discovermagazine]

Duh, Usia Perokok Pemula Lebih Muda

PinkKorset.com, Jakarta – Kesehatan generasi muda sangat rentan, akibat usia awal merokok semakin muda.

Rokok telah meracuni generasi muda Indonesia. Global Youth Tobacco Survey (GYTS) 2014 melansir data di Indonesia yang menunjukkan 36,2% remaja laki-laki dan 4,3% remaja perempuan (20,3% dari jumlah seluruh siswa) berusia 13-15 tahun mengonsumsi tembakau dengan cara dibakar maupun tidak dibakar.

Rupanya data ini menunjukkan tren peningkatan perokok pada usia yang lebih muda.

Dr. T. Sandra D. Ratih, MHA, Kepala Subdit Pengendalian Penyakit Kronis dan Degeneratif Kementerian Kesehatan Republik Indonesia mengatakan, terjadi peningkatan empat kali lipat usia perokok pemula dibandingkan 1995.

“Usia perokok pemula saat ini 13-15 tahun. Padahal tahun 1995, perokok pemula berusia 17-19 tahun,” katanya saat konferensi pers Kampanye Rokok Itu Murah, Obatnya yang Mahal di Jakarta, Selasa (29/9/2015).

Diantara pengguna tembakau saat ini, 18,3% mengonsumsi rokok, 35,6% pengguna tembakau merokok satu batang per hari. Sementara lebih dari separuh remaja perempuan (58,3%) merokok kurang dari satu batang per hari.

Sebanyak 43,2% remaja perokok mulai merokok pada usia 12-13 tahun. Semakin muda usia perokok pemula, berarti semakin cepat risiko penyakit degeneratif dan komplikasinya muncul.

“Kalau usia perokok pemula 17-19 tahun baru akan kena penyakit degeneratif dan komplikasinya pada umur 50-55 tahun. tapi kalau dari usia 15 tahun bisa lebih cepat lagi, 30-40 tahun,” kata dr. Sandra.

Merokok dan paparan asap rokok dapat memicu segudang penyakit, seperti penyakit jantung iskemik, kanker paru, infeksi saluran pernapasan bawah, stroke, kanker payudara, kelahiran prematur, kanker sinus hidung dan faring, sindrom kematian bayi mendadak dan penyakit telinga pada anak-anak.

Dampak penyakit yang ditimbulkan pada perokok aktif dan pasif tidak hanya keluarga dan orang sekitar. Lebih luas lagi berdampak pada kesejahteraan masyarakat.

“Negara akan menanggung biaya pengobatan berbagai penyakit akibat rokok yang tidak sedikit biayanya. Ini akan memberatkan ekonomi negara,” ujarnya.

Risiko jangka panjang ini bisa dicegah bila bersama-sama memerangi rokok.