Jangan Salahkan Anak Bila Malas Belajar [sciencedaily]

Jangan Salahkan Anak Bila Malas Belajar

PinkKorset.com –  Jangan keburu senewen jika anak malas belajar. Bisa jadi, sifat tersebut diturunkan dari Anda.

Penelitian teranyar yang akan diterbitkan dalam jurnal Personality and Individual Differences edisi Juli 2015 menunjukkan, ketika anak-anak tidak termotivasi di sekolah, bisa jadi sumbernya adalah genetik.

Penelitian ini melibatkan studi terpisah terhadap lebih dari 13 ribu anak kembar berusia 9 sampai 16 tahun di Inggris, Kanada, Jepang, Jerman, Rusia dan Amerika Serikat.

Metodologi studi dan persoalan di masing-masing negara sedikit berbeda, tetapi semua diukur dengan konsep serupa.

Di semua negara, siswa mengungkapkan seberapa mereka menyukai berbagai kegiatan akademik. Misalkan siswa di Jerman dinilai seberapa mereka suka membaca, menulis dan mengeja.

Semua siswa juga diminta menilai kemampuan mereka sendiri dalam mata pelajaran berbeda di sekolah. Misalkan siswa di Amerika Serikat diminta menilai seberapa setuju dengan pernyataan seperti ‘Saya tahu saya akan membaca lebih baik tahun depan.’

Para peneliti membandingkan seberapa dekat jawaban untuk kembar fraternal, (yang rata-rata berbagi setengah gen yang diwariskan), dengan kembar identik (yang berbagi semua gen yang diwariskan).

Secara keseluruhan, jawaban kembar identik lebih mirip dibandingkan kembar fraternal. Hal ini menunjukkan efek genetik yang lebih kuat.

Genetik berperan besar

Salah satu peneliti Stephen Petrill semula berpikir bahwa anak kembar yang selalu memliki pengalaman bersama, seperti keluarga dan guru mereka, akan menjadi faktor paling berpengaruh ketimbang genetika.

Namun ternyata, faktor genetika dan lingkungan yang tidak dimiliki bersama (nonshared environment), memiliki efek terbesar pada motivasi belajar, sedangkan lingkungan bersama memiliki dampak yang dapat diabaikan.

Kami memiliki temuan yang cukup konsisten di negara-negara berbeda dengan sistem pendidikan dan budaya berbeda. Itu mengejutkan,” kata Stephen yang juga profesor psikologi di Ohio State University.

“Hasil studi menemukan bahwa 40-50% perbedaan motivasi belajar anak, dapat dijelaskan oleh warisan genetik orang tua mereka.

Dalam persentase yang sama, hal ini dapat pula dijelaskan dengan apa yang disebut lingkungan yang tidak dimiliki bersama. Misalnya, guru yang dimiliki salah satu kembar, tetapi tidak dimiliki yang lain.

Hanya sekitar 3% yang dapat dijelaskan oleh lingkungan yang dimiliki bersama, seperti pengalaman keluarga. “Kebanyakan variabel kepribadian memiliki komponen genetik, tetapi adanya lingkungan yang tidak dimiliki bersama, adalah hal tak terduga. Tapi itu konsisten di ke-enam negara.”

Menurut riset, ada perbedaan kepribadian yang diturunkan, yang berdampak besar pada motivasi. “Itu bukan berarti kita tidak mencoba memotivasi dan menginspirasi siswa, tapi kita harus berurusan dengan realitas mengapa mereka berbeda. ”

Ini berarti, jangan keburu menyalahkan orangtua, guru dan anak-anak itu sendiri, jika ada siswa yang tidak termotivasi dalam kelas. “Reaksi spontan adalah menyalahkan seseorang tidak mampu memotivasi siswa, atau anak sendiri yang bertanggung jawab,” katanya.

Hasil riset tidak berarti ada gen yang menentukan berapa banyak anak menikmati belajar. Namun temuan ini menunjukkan proses yang kompleks, yang melibatkan banyak gen dan interaksi gen-lingkungan, yang membantu mempengaruhi motivasi anak untuk belajar.

“Kami benar-benar harus mendorong siswa dan memotivasi mereka dalam kelas. Tapi temuan ini menunjukkan mekanisme bagaimana kita melakukan yang mungkin lebih rumit dari yang kita pikir sebelumnya,” katanya.