Menanti Sofosbuvir Masuk Indonesia [medlife]

Menanti Sofosbuvir Masuk Indonesia

PinkKorset.com, Jakarta – Harga obat hepatitis C Sofosbuvir sangat mahal. Namun, kebutuhan akan obat ini di Indonesia sangat tinggi.

Jurnal kesehatan The Lancet (2013) menyebutkan, sebanyak 2 juta orang terinfeksi hepatitis C.

Indonesia AIDS Coalition (IAC) pun mengklaim, Sofosbuvir sangat dibutuhkan di Indonesia. Dukungan izin edar Sofosbuvir mengalir melalui 3.300 tanda tangan rakyat Indonesia yang dikumpulkan IAC.

“Kami menuntut BPOM dan Kemenkes agar Sofosbuvir masuk mekanisme fast track agar beredar di Indonesia. Dan, masuk ke dalam Formularium Nasional agar dijamin Jaminan Kesehatan Nasional,” kata Sindi Putri, Advocacy & Policy Officer IAC baru-baru ini.

Sofosbuvir ditemukan oleh Gilead, perusahaan farmasi asal California, Amerika Serikat. Obat hepatitis C yang dipatenkan pada 2013 telah diproduksi massal dengan merek Sovaldi serta mengantongi izin edar dari FDA, AS.

Pengobatan hepatitis sendiri membutuhkan waktu 12-24 pekan, tergantung pada tingkat  infeksi virus HVC (tipe genotip). Sayangnya pengobatan selama 12 pekan menggunakan Sovaldi memakan biaya tidak murah, yakni US$84.000 (Rp1,1 miliar).

Untungnya, Sofosbuvir versi generik telah diproduksi oleh beberapa perusahaan farmasi di India di bawah lisensi Gilead. “Harga obat versi generik, Rp2,6-3,6 juta per botol termasuk Ribavirin untuk pengobatan selama 4 minggu,” kata Sindi.

Pengobatan Sofosbuvir versi generik lebih efisien juga ketimbang Pegylated Interferon. “Total pengobatan 24 minggu dengan Pegylated Interferon butuh Rp80 juta. Tapi, dengan waktu sama menggunakan Sofosbuvir hanya Rp24 juta,” ucap Sindi.

Saat ini, Sofosbuvir telah beredar di Mesir, Pakistan dan India. Negara tersebut memiliki izin voluterally licencing dari Gilead dan Indonesia salah satunya.

Gilead akan memberikan harga patennya US$300 per botol Sovaldi, US$400 per botol Harvoni dan versi generik dibawah US$200. “Kalau tidak ada halangan, harusnya awal tahun 2016 sudah keluar izin edar dari pemerintah,” pungkas Sindi.