Tujuh Film dengan Karakter Autis

PinkKorset.com – Tujuh film berikut ini pernah mencoba menggambarkan karakter yang memiliki autisme secara akurat. Sukseskah mereka?

Industri film, terutama Hollywood, terkadang menggambarkan disabilitas secara glamor sehingga penggambarannya terasa kurang akurat. Berikut beberapa film yang menerima pujian mengenai tokoh autis dan autisme yang mereka gambarkan.

The Story of Luke (2012)

Ketika nenek yang merawat dirinya meninggal dunia, Luke (Lou Taylor Pucci), pemuda berusia 25 yang memiliki autisme belajar untuk hidup sendiri. Ia ingin menemukan pekerjaan dan menikah.

Ibu dari sutradara Alonso Mayo memiliki sekolah untuk anak-anak dengan hambatan perkembangan. Ini menginspirasinya menulis skenario tersebut. “Mereka ingin kekasih, ingin hidup sendiri. Saya melihat anak-anak muda ini punya masalah seperti orang lainnya mengenai hubungan dan kemandirian.”

Fly Away (2011)

Film ini mengenai Jeanne (Beth Broderick) dan putrinya, Mandy (Ashley Rickards), remaja dengan autis. Seiring Mandy bertambah dewasa, Jeanne harus menyesuaikan apa yang ia inginkan dengan apa yang terbaik untuk Mandy.

Sutradar dan penulis skenario Janet Grillo memiliki putra dengan autisme. Ia berharap keluarga yang memiliki anak autis bisa menemukan ketenangan setelah ia berbagi kisah mereka dengan dunia. “Saya berharap ada perubahan pada cara masyarakat melihat orang dewasa dengan autis.”

Adam (2009)

Komedi romantis ini mengenai insinyur listrik dengan autisme, Adam (Hugh Dancy), yang berusaha menjalin hubungan dengan tetangganya, Beth (Rose Byrne).

Adam menunjukkan tingkah obsesif, kecanggungan sosial, dan kecenderungan untuk merasa berlebihan (overwhelm) sebagaimana orang yang berada dalam spektrum autisme.

Mary and Max (2009)

Animasi stop motion ini bersetting di Australia pada 1976. Mary Dinkle (Bethany Whitmore) yang berusia 8 tahun kesulitan beradaptasi dan memilih nama Max Jerry Horowitz (Phillip Seymour Hoffman), lelaki berusia 44 tahun, secara acak dari buku telepon New York City. Meski awalnya sulit, mereka kemudian menjalin persahabatan via korespondensi.

Max adalah karakter yang memiliki Sindrom Asperger dan menyebutnya ‘Aspie’. Ia tak merasa ada yang aneh pada dirinya. Dalam sebuah surat ia menulis, “Saya tak merasa cacat, kekurangan, atau harus disembuhkan. Saya suka menjadi Aspie. Mengubah itu seperti ingin mengganti warna mata.”

The Black Balloon (2008)

Remaja Australia berusia 15 tahun, Thomas (Rhys Wakefield) merasa malu dengan kakaknya, Charlie (Luke Ford) yang memiliki autisme dan ADD. Apalagi ia murid yang baru pindah sekolah. Hingga kekasih barunya, Jacki (Gemma Ward), membantu Thomas untuk terbuka dan menerima kakaknya.

Film ini menggambarkan seperti apa rasanya memiliki anggota keluarga dengan autisme. Charlie bisa menjadi sosok menyenangkan pada satu waktu dan berubah jadi menyebalkan pada detik berikutnya. Film ini berusaha menggambarkan dengan nyata mengenai apa yang harus dilakukan.

What’s Eating Gilbert Grape? (1993)

Gilbert Grape (Johnny Depp) menjadi wali bagi adiknya yang remaja dan memiliki autisme, Arnie (Leonardo DiCaprio) setelah ayahnya meninggal dan ibunya tak bisa merawat mereka. Gilbert menjadi amat protektif dengan adiknya yang selalu terlibat masalah.

Direktur Autism Research Center di Cambridge University, Simon Baron-Cohen menulis, film ini memiliki pesan penting bagi masyarakat. Pesan ini masih terus relevan hingga saat ini, bahwa orang dengan autisme dan keluarganya membutuhkan dukungan besar.

The Boy Who Could Fly (1986)

Remaja dengan autisme nonverbal, Eric Gibb (Jay Underwood), suka berdiri di atap dan pinggir jendela seolah ia bisa terbang. Tingkah ini membuat semua orang khawatir. Hingga ia menyelamatkan Milly (Lucy Deakins), tetangganya yang berusia 14 tahun, ketika jatuh. Semua orang pun bertanya-tanya, apa benar Eric bisa terbang?

Film ini menunjukkan bagaimana orang dengan autisme nonverbal berkomunikasi ketika belum ada teknologi dan alat bantu. Ia tak bicara, hanya mengandalkan ekspresi dan bahasa tubuh.