Mata Palsu Untuk Anak Dengan Retinoblastoma [artificialeyes]

Mata Palsu Untuk Anak Dengan Retinoblastoma

PinkKorset.com, Jakarta – Orang tua mana yang tak sedih melihat anaknya tidak bisa melihat seumur hidup akibat kanker bola mata (retinoblastoma).

Si anak pun merasa tidak percaya diri dengan penampilannya yang cacat.

Bedah rekonstruksi menggunakan mata palsu bisa menjadi jadi solusi untuk anak dengan retinoblastoma supaya tampilan fisik tampak normal.

Dr. Irena Sakura Rini MARS, SpBP, Spesialis Bedah Plastik dan Rekonstruksi Rumah Sakit Dharmais mengatakan, prinsip bedah rekonstruksi berbeda dengan bedah estetika (kecantikan).

“Bedah rekonstruksi dilakukan untuk memperbaiki bagian tubuh yang rusak agar tampak normal kembali,” katanya saat diskusi kesehatan Bedah Rekonstruksi pada Anak dengan Kanker di Jakarta, pekan lalu.

Beberapa contoh bedah rekonstruksi biasanya dilakukan untuk menghilangkan luka bekas operasi (keloid), luka akibat kecelakaan, cacat lahir, bibir sumbing, hipospadia dan cacat tengkorak wajah.

Bedah rekonstruksi untuk retinoblastoma menggunakan mata palsu atau protesa mata. Material mata palsu harus aman (bio-kompatibel) dan tidak beracun karena bersentuhkan langsung dengan kulit. “Biasanya mata palsu dibuat dari bahan silikon,” ucapnya.

Sebelum melakukan pemasangan mata palsu, pihak medis bagian spesialis bedah rekonstruksi akan membuat soket pada rongga mata. Bola mata palsu pun dipasang di soket tersebut.

Harga untuk bedah satu mata palsu dipatok Rp3-5 juta. Hasil operasi ini pun tidak permanen. Setiap 2-3 tahun ukuran soket pada rongga mata harus disesuaikan lagi.

“Karena umur dan bola mata tidak tumbuh bersama. Kira-kira 2-3 tahun atau bila terasa tidak nyaman, harus ke dokternya lagi,” katanya.

Dr. Irena mengatakan, penanganan bedah rekonstruksi pada anak sangat berbeda. Menurut dokter yang juga menangani bedah kecantikan artis Titi DJ dan Ruth Sahanaya ini, pendekatan khusus perlu dilakukan terhadap anak dengan retinoblastoma.

Misalkan dengan tidak mengenakan jubah dokter. Selain itu, sebelum melakukan bedah, beberapa boneka dan mainan tersedia di ruangan agar terlihat seperti ruang bermain.

“Seorang dokter tidak boleh memberikan janji kesembuhan tetapi wawasan kepada orang tua anak,” ujar dr. Irena berpesan.