Survei Ungkap Warga Dunia Kurang Tidur

PinkKorset.com – Hampir separuh orang dewasa di Asia Pasifik mengaku tidak puas dengan kualitas tidurnya.

Survei tahunan Royal Philips bertajuk ‘Wake Up Call: Tren Kepuasan Tidur Global’ menunjukkan bahwa tingkat kepuasan tidur orang dewasa secara global masih rendah. Hampir setengah (47%) orang dewasa di negara-negara Asia-Pasifik (APAC) merasa tidak puas dengan tidurnya, dan 1 dari 3 (35%) percaya bahwa mereka tidak memiliki kendali untuk mendapatkan tidur yang cukup.

Survei tidur tahunan ke-5 ini dilakukan secara online pada 12 November – 5 Desember 2019 untuk mengetahui pola, persepsi, dan perilaku seputar tidur. Survei dilakukan kepada lebih dari 13.000 orang dewasa di 13 negara seperti AS, Australia, Belanda, Brazil, India, Inggris, Italia, Jepang, Jerman, Korea Selatan, Prancis, Singapura dan Tiongkok.

Kualitas tidur yang buruk terlihat dari tingkat kegelisahan. Terlihat 8 dari 10 orang dewasa di APAC (79%) bangun setidaknya sekali di malam hari. Hanya setengah yang mengerti penyebab mereka tidak mendapatkan tidur berkualitas di malam hari (60%), atau cara mengatasi kesulitan tidur (58%).

Faktor penyebab susah tidur

Faktor utama penyebab sulit tidur adalah adanya rasa khawatir dan stres (29%), disusul lingkungan tidur yang berisik, cahaya dan temperatur (15%), perangkat seluler seperti ponsel atau tablet (13%), dan kondisi kesehatan seperti rasa sakit dan kesulitan bernafas (9%).

Ya. Lebih dari setengah pelanggan seluler di dunia tinggal di wilayah APAC2. Maka, tidak mengherankan bila mayoritas orang dewasa di wilayah APAC (83%) menggunakan ponselnya di tempat tidur, padahal ini tidak direkomendasikan oleh ahli kesehatan.

Setengah dari responden APAC (49%) menyatakan bahwa hal terakhir yang mereka lakukan sebelum tidur adalah melihat ponsel mereka. Angka ini lebih tinggi dari angka global sebesar 39%. Sementara itu, 46% dari orang dewasa di wilayah APAC juga langsung mengecek ponsel mereka setelah bangun pagi (vs angka 39% global). Sekitar 15% bahkan merespons teks dan panggilan yang membangunkan mereka di malam hari, yang tentunya mencegah mereka untuk tidur nyenyak tanpa gangguan.

Meskipun faktor-faktor eksternal dapat diubah untuk meningkatkan kualitas tidur, terdapat beberapa kondisi yang berada di luar kontrol manusia. Tahun ini, laporan responden menunjukkan penurunan angka insomnia, mendengkur, gangguan tidur karena jadwal kerja serta sakit kronis. Namun jumlah orang yang memiliki gangguan tidur serius atau Obstructive Sleep Apnea, tetap konsisten seperti tahun sebelumnya (2019: 10% vs 2020: 9%).

Pim Preesman, Presiden Direktur Philips Indonesia mengatakan, gangguan tidur sering kali dianggap sepele. “Padahal, buruknya kualitas tidur seseorang dapat mempengaruhi kesehatan mental maupun fisik, dan berujung pada penurunan produktivitas,” ujarnya.