Mengapa Gangguan Jiwa Muncul? [GoodTherapy]

Mengapa Gangguan Jiwa Muncul?

PinkKorset.com, Jakarta – Kendati pernah mengalami kondisi krisis atau bencana traumatis, tidak setiap orang mengalami gangguan jiwa.

Ketua Persatuan Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa (PDSKJI) dr. Eka Viora, SpKJ mengatakan, kendati setiap orang pernah mengalami ‘masalah’, respon psikologis yang ditampilkan tiap orang berbeda.

Reaksi psikologis awal yang tampak segera usai situasi krisis, yakni rentang waktu 24 jam, adalah tegang, cemas dan panik, kaget, linglung, shock, tidak percaya, gelisah, agitasi, menangis, menarik diri serta rasa bersalah.

“Ini reaksi alamiah pada situasi abnormal yang terjadi pada setiap orang,” ujarnya kepada PinKorset.com di Jakarta baru-baru ini.

Pada tingkat ini, seseorang tidak memerlukan penanganan lebih lanjut. Umumnya akan menghilang dengan sendirinya bergantung kemampuan mengatasi masalah (coping skill).

Orang dengan coping skill yang sehat mampu menghadapi masalah sendiri dengan cepat dan tepat dalam perencanaan, pelaksanaan kegiatan, menggunakan bantuan, mengekspresikan emosi yang menyakitkan serta dapat menoleransi ketidakjelasan tanpa berperilaku agresif.

Namun, ada sebagian orang tidak memiliki coping skill yang baik. Mereka menyangkal dan menghindar secara berlebihan, berperilaku impulsif, sangat ketergantungan pada orang lain, tidak mampu membangkitkan perasaan dari orang lain, menekan emosi, melakukan penyalahgunaan narkoba dan mengonsumsi alkohol serta merokok berlebihan.

Pada tahap reaksi psikologis yang terjadi lebih dari satu hari selama berhari-hari, hingga berminggu-minggu, akan menampakkan perilaku lebih gawat. Misalkan saja mengalami ketakutan, waspada, siaga berlebihan, mudah tersinggung, marah, tidak bisa tidur, khawatir, sangat sedih, ingatan peristiwa (krisis) datang berulang, menangis, rasa bersalah dan kesedihan.

Namun ada pula reaksi positif pada orang yang berhasil menghadapi masalahnya. Mereka menerima peristiwa krisis sebagai takdir.